Minggu, 23 September 2012

Het Kantoor voor Inlandsche zaken

Sebeblumnya telah dijelaskan mengenai politik Islam Hindia Belanda yang digagas oleh seorang tokoh orientalis yang merupakan tokoh utama yang melahirkan politik tersebut, Dr. Christian Snouck Hurgronje, di mana politik itu dia bentuk dalam rangka menguasai daerah jajahan (baca: nusantara) dengan sepenuhnya. Untuk menerapkan politiknya tersebut dia mendirikan sebuah tempat kerja yang dikenal dengan Kantoor voor Inlandsche zaken, tugas utama kantor ini adalah sebagai pusat yang berwenang dalam memberikan nasehat kepada pemerintha penjajah dalam masalah pribumi. Pada perkembangan selanjutnya kantor tersebut dituduh terlalu memberi hati kepada masyarakat pribumi, hal itu didasarkan dari adanya keinginan yang berlainan arah antara kantor tersebut dengan pejabat pemerintahan yang umumnya menhendaki garis keras terhadap masyarakat pribumi, sedangkan kantor tersebut lebih memilih garis lunak dan berada dalam barisan etis. Dalam setiap penyelesaian banyak kasus, kantor tersebut teramat sering berdiri dipihak pribumi dalam melawan sikap keras para pejabat pemerintahan Hindia Belanda, walaupun demikian baik Adviseur voor Inlandsche zaken maupun kantornya tetap dianggap oleh penduduk pribumi sebagai aparat pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Selama kantor tersebut digunkan, sesuai dengan tugasnya Kantoor voor Inlandsche zaken bersinggungan dengan dengan lingkungan politik secara umum dan juga berhubungan langsung dengan Gubernur  Jendral , para kepala daerah dan direktur berbagai departemen, perwakilan-perwakilan Belanda diluar negeri, pihak pribumi baik individu ataupun kelompok dengan cara resmi ataupun pribadi. Terlebih kantor tersebut lebih sering mengadakan kontak hubungan dengan Departemen Dalam Negeri bila dibandingkan dengan Departemen Pendidikan dan Agama, hal itu terjadi karena kantor tersebut mengurusi masalah pribumi terutama masalah Islam, sehingga harus erat hubungan dengan urusan dalam negeri yang penuh dengan masalah administrasi setempat. Sedangkan hubungannya dengan Departemen Pendidikan dan Agama hanyalah sebatas dalam anggaran. Hubungannya dengan Departemen Kehakiman cukup erat, karena hampir semua penduduk pribumi beragama Islam. Hubungannya dengan Departemen Keuangan terjadi dalam hal-hal semacam pajak wakaf dan lainnya yang berkaitan antara agama Islam dan perekonomian negara.
Di antara adviseur (penasehat) voor Inlandsche zaken adalah Dr. C. Snouck Hurgronje, langkah awal yang dia lakukan adalah melawan ketakutan Belanda terhadap Islam dan meyakinkan bahwa dalam Islam tidak dikenal adanya lapisan klerikal. Dr. C. A. J. Hazeu, salah satu kinerjanya adalah menjalin hubungan harmonis antara Hazeu itu sendiri dengan Sarekat Islam sehari sebelum Kongres pertama SI di Bandung, dan juga Hazeu berhasil mendekati penduduk pribumi walaupun menerima banyak kritikan dari pihak pegawai Belanda. Dr. D. A. Rinkes, seperti Hazeu dia juga mempunyai hubungan dekat dengan SI, nasehat rahasianya tentang SI menarik perhatian banyak kalangan bahkan beberapa pihak menghendaki agar nasehat tersebut disebarluaskan, setidaknya kepada anggota Volksraad. R. A.  Kern, dia memberikan rekomendasi bahwa tidak ada alasan untuk tidak mengakui organisasi buruh yang bermunculan menjelang akhir dasawarsa kedua, seperti Persatuan Buruh Pabrik yang berhasil menyelenggarakan kongres pertamanya di Yogyakarta. E. Gobee, salah satu hal yang dilakukan oleh dia dalam rangka mendekati hati penduduk pribumi adalah dengan membolehkan adanya pembacaan al-Quran dan maknanya ketika pembukaan suatu pertemuan, hal itu sebelumnya dilarang oleh pemerintha kolonial. Dan yang terkahir Dr. G. F. Pijper, dalam setiap penyelesaian masalah pribumi dia hampir selalu menggunakan kontak pribadi dan mengadakan musyawarah dengan organisasi pribumi tersebut, hal itu agaknya disebabkan karena dia memang tidak berpijak pada sudut pandang politik. Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar