Minggu, 23 September 2012

PERKEMBANGAN ORGANISASI KEAGAMAAN LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA (LDII)





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Faham LDII atau sering disebut Islam Jama’ah mulai ada di Indonesia sekitar tahun 1970-an. Tapi kemudian pada tahun 1971 Lembaga Keagamaan ini difatwa sesat oleh MUI. Saat itu MUI mengeluarkan fatwa yang menyatakan LDII sesat karena LDII menganggap umat selain LDII adalah golongan ahli neraka sehingga najis hukumnya berhubungan dengan umat selain LDII. Untuk menghindari fatwa sesat, LDII tidak berkecil hati, lalu menempuh berbagai stretegi dengan beberapa kali berganti nama mulai dari Islam Jamaah, Lemkari, Darul Hadits dan terakhir memakai nama LDII.
Seiring berkembangnya waktu Lembaga Dakwah Islam Indonesia disingkat LDII ini menjadi organisasi kemasyarakatan yang independen, resmi dan legal yang mengikuti ketentuan UU No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan, Pasal 9, ayat (2), tanggal 4 April 1986 (Lembaran Negara RI 1986 nomor 24), serta pelaksanaannya meliputi PP No. 18 tahun 1986 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1986 dan Aturan hukum lainnya. LDII, memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), Program Kerja dan Pengurus mulai dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat Desa. LDII sudah tercatat di Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang & Linmas) Departemen Dalam Negeri. LDII merupakan bagian komponen Bangsa Indonesia yang berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
Saat ini terdapat kurang lebih 14,5 juta pengikut LDII yang terdapat di berbagai provinsi di Indonesia. Namun masih saja keberadaan Lembaga Keagamaan ini sering kali masih menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan. Pro-Kontra mengenai keberadaan LDII pun masih sering terdegar, hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan juga untuk saya pribadi untuk sepintas mengetahui mengenai sejarah pendiri LDII, tokoh-tokoh LDII, kemudian mengenai perkembangan/ keberlangsungan Lembaga Keagamaan LDII tersebut, ditengah problema yang yang mengiringi Kelembagaan agama mereka apakah LDII masih survive sampai sekarang. Untuk itu dalam kesempaatan miniriset lapangan ini, saya akan mengambil tema tentang seputar Perkembangan Keorganisasian Lembaga Keagamaan LDII atau Islam Jama’ah.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat saya simpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah berdirinya LDII dan siapa pendiri LDII?
2.      Bagaimana kegiatan dan perkembangan keorganisasian LDII saat ini?

C.    Metode Penelitian
Dalam penulisan makalah kali ini, saya menggunakan studi lapangan yakni dengan sistem wawancara. Studi lapangan memang dianggap lebih mudah untuk menelaah lebih lanjut apa yang diteliti guna untuk mengetahui atau memberikan wawasan tentang bagamana perkembangan keorganisasian dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia tersebut dan berharap ada nilai lebih yang dapat kita petik untuk kemajuan keilmuan bersama.

D.    Sistematika Penulisan
Dalam rangka untuk mempermudah dan mempernyaman dalam pembacaan dan pemahaman, maka penulisan makalah ini kami rancang dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I               :Memaparkan tentang pendahuluan yang didalamnya berkomponenkan; latar belakang masalah, rumusan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB I I           : Membahas tentang sejarah berdiri dan pendiri LDII.
BAB III          : Membahas tentang kegiatan dan perkembangan keorganisasian LDII.
BAB IV          : Membahas kesimpulan dan penutup.







BAB II
SEJARAH BERDIRI DAN PENDIRI LDII
A.    Sejarah Berdirinya LDII
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri pada 3 Januari 1972 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI). Pada Musyawarah Besar (Mubes) tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada Mubes tahun 1990, atas dasar Pidato Pengarahan Bapak Sudarmono, SH. Selaku Wakil Presiden dan Bapak Jenderal Rudini sebagai Mendagri waktu itu, serta masukan baik pada sidang-sidang komisi maupun sidang Paripurna dalam Musyawarah Besar IV LEMKARI tahun 1990, selanjutnya perubahan nama tersebut ditetapkan dalam keputusan, MUBES IV LEMKARI No. VI/MUBES-IV/ LEMKARI/1990, Pasal 3, yaitu mengubah nama organisasi dari Lembaga Karyawan Dakwah Islam yang disingkat LEMKARI yang sama dengan akronim LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia), diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang disingkat LDII.
Surat pernyataan syahnya LDII dari Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia sebagai salah satu Ormas Islam di Indonesia.
a). Dasarnya, yaitu Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No. AHU-18. AH.01.06. Tahun. 2008, Tanggal, 20 Pebruari 2008.
 b). Isi Keputusan: PERTAMA: Memberikan Pengesahan Akta Pendirian: LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA disingkat LDII, NPWP. 02.414.788.6-036.000 berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia, sebagaimana anggaran dasarnya termuat dalam AKTA Nomor 01 tanggal 03 Januari 1972 yang dibuat oleh Notaris Mudijomo berkedudukan di Surabaya dan Akta Nomor 13 Tanggal 27 September 2007, yang dibuat di hadapan Notaris Gunawan Wibisono, SH, berkedudukan di Surabaya dan oleh karena itu mengakui lembaga tersebut sebagai badan hukum pada hari pengumuman anggaran dasarnya dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. KEDUA: Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.


B.     Pendiri LDII
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang pada awal mula berdirinya pada 3 Januari 1972 di Surabaya, Jawa Timur bernama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI) yang kemudian dirubah menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI) didirikan oleh:
  1. Drs. Nur Hasyim.
  2. Drs. Edi Masyadi.
  3. Drs. Bahroni Hertanto.
  4. Soetojo Wirjo Atmodjo BA.
  5. Wijono BA.













BAB III
KEGIATAN DAN PERKEMBANGAN KEORGANISASIAN LDII
A.    Kegiatan Keorganisasian LDII
Keorganisasian Lembaga Dakwah Islam Indonesia mempunyai dua kegiatan yaitu rutin dan tidak rutin. Kegiatan rutin meliputi Pengajian Al Qur’an, Pengajian Hadis dan Pengajian Ceramah. Pengajian rutin ini dilakukan satu minggu empat kali, dengan penjadwalan sebagai berikut: hari selasa dan jumat untuk jamaah orang tua laki-laki maupun perempuan, hari kamis dan minggu untuk anak-anak muda laki-laki maupun perempuan, dan setiap hari kecuali hari minggu untuk anak-anak TK sampai SD kelas satu pada jam 02.00-03.00 dan untuk anak-anak SD kelas dua sampai kelas enam pada jam 03.00-05.00. Kemudian kegiatan yang tidak rutin yaitu pengajian akbar yang dilakukan setiap satu bulan sekali dan kegiatan tidak rutin lainnya yaitu gotongroyong membersihkan masjid dll.
LDII menyelenggarakan pengajian Al Qur'an dan Al Hadits dengan rutinitas kegiatan yang cukup tinggi. Di tingkat PAC (Desa/Kelurahan) umumnya pengajian diadakan 3-4 kali seminggu, sedangkan di tingkat PC (Kecamatan) diadakan pengajian seminggu sekali. Untuk memahamkan ajarannya, LDII mempunyai program pembinaan cabe rawit (usia prasekolah sampai SD) yang terkoordinasi diseluruh masjid LDII. Selain pengajian umum, juga ada pengajian khusus remaja dan pemuda, pengajian khusus Ibu-ibu, dan bahkan pengajian khusus Manula/Lanjut usia.Ada juga pengajian UNIK (usia nikah). Disamping itu ada pula pengajian yang sifatnya tertutup, juga pengajian terbuka. Pada musim liburan sering diadakan Kegiatan Pengkhataman Alquran dan hadis selama beberapa hari yang biasa diikuti anak-anak warga LDII dan non LDII untuk mengisi waktu liburan mereka. Dalam pengajian ini pula diberi pemahaman kepada peserta didik tentang bagaimana pentingnya dan pahalanya orang yang mau belajar dan mengamalkan Alquran dan hadis dalam keseharian mereka. LDII mengadakan berbagai forum tipe pengajian berdasarkan kelompok usia dan gender antara lain:
1. Pengajian kelompok tingkat PAC
Pengajian ini diadakan rutin 3 – 4 kali dalam seminggu di masjid-masjid, mushala-mushala atau surau-surau. Materi pengajian di tingkat kelompok ini yaitu Quran (bacaan, terjemahan dan keterangan), hadis-hadis himpunan, dan nasihat agama. Dalam forum ini pula jamaah LDII diajari hafalan-hafalan doa, dalil-dalil Quran Hadis dan hafalan surat–surat pendek Al Quran. Dalam forum pengajian kelompok tingkat PAC ini jamaah juga dikoreksi amalan ibadahnya seperti praktek berwudu dan salat.
2. Pengajian Cabe rawit
Pengembangan mental agama dan akhlakul karimah jamaah dimulai sejak usia dini. Masa kanak-kanak merupakan pondasi utama dalam pembentukan keimanan dan akhlak umat, sebab pada usia dini seorang anak mudah dibentuk dan diarahkan. Pengajian Cabe rawit diadakan setiap hari di setiap kelompok pengajian LDII dengan materi antara lain bacaan iqro’, menulis pegon, hafalan doa-doa, dan surat-surat pendek Alquran. Forum pengajian Caberawit juga diselingi dengan rekreasi dan bermain.
3. Pengajian Muda-mudi
Muda-mudi atau usia remaja perlu mendapat perhatian khusus dalam pembinaan mental agama. Pada usia ini pola pikir anak mulai berkembang dan pengaruh negatif pergaulan dan lingkungan semakin kuat. Karena itu pada masa ini perlu menjaga dan membentengi para remaja dengan kefahaman agama yang memadai agar generasi muda LDII tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat, dosa-dosa dan pelanggaran agama yang dapat merugikan masa depan mereka. Sebagai bentuk kesungguhan dalam membina generasi muda, LDII telah membentuk Tim Penggerak Pembina Generus (TPPG) yang terdiri dari pakar pendidikan dan ahli psikologi.
4. Pengajian Wanita/ibu-ibu
Para wanita, ibu-ibu dan remaja putri perlu diberi wadah khusus dalam pembinaan keimanan dan peningkatan kepahaman agama karena banyak persoalan khusus dalam agama Islam menyangkut peran wanita dan para ibu. Haid, kehamilan, nifas, bersuci (menjaga najis), mendidik dan membina anak, melayani dan mengelola keluarga merupakan persoalan khusus wanita dan ibu-ibu. Disamping memberikan kerampilan beribadah forum pengajian Wanita / ibu-ibu LDII juga memberikan pengetahuan dan ketrampilan praktis tentang keputrian yang berguna untuk bekal hidup sehari-hari dan menunjang penghasilan keluarga.
5. Pengajian Umum
Pengajian umum merupakan forum gabungan antara beberapa jamaah PAC dan PC LDII. Pengajian ini juga merupakan wadah silaturahim antar jamaah LDII untuk membina kerukunan dan kekompakan antar jamaah. Semua pengajian LDII bersifat terbuka untuk umum, siapapun boleh datang mengikuti setiap pengajian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
B.     Perkembangan Keorganisasian LDII
Perkembangan keorganisasian Lembaga Dakwah Islam Indonesia ini menurut hasil penelitian yang saya amati di masjid Al-Huda Sangurejo Wonokerto Turi Sleman yaitu cukup bagus karena warga didesa tersebut mayoritas ikut serta di dalam naungan Lembaga Dakwah Islam Indonesia. Partisipasi masyatakat di wilayah ini juga bisa di bilang bagus karena mereka mempunyai kesadaran tinggi untuk menjaga identitas mereka, hal ini bisa dilihat dari masyarakat yang tiap harinya melaksanakan shalat lima waktu di masjid dan jamaahnya pun terbilang tidak sedikit karena setiap shalat fardhu baik isya’ sampai subuh jamaahnya sekitar 40 orang. Terlebih lagi mereka mempunyai kegiatan rutin pengajian-pengajian seperti yang telah saya terangkan di atas.
Menurut salah satu jamaah Lembaga Dakwah Islam Indonesia memaparkan tentang bagaimana cara penyebaran keorganisasian ini, yaitu dengan cara mereka terbuka dan siap membantu kepada siapa saja yang ingin memperdalam atau ikut serta di dalam keorganisasian ini. Dan juga para tokoh siap unuk mengisi sebuah pengajian umum jikalau itu ada kesempatan. Menurut salah satu sumber saya dalam menjalankan dakwah tersebut mempunyai beberapa kendala diantaranya yaitu ketika mereka memberikan penjelaslan terhadap mereka orang-orang awam bahwasanya mereka tidak bisa menerima atau memahami begitu saja apa yang telah mereka sampaikan dan juga tantangan dari pihak luar yang telah menganggap Lembaga Dakwah Islam Indonesia ini bercitra buruka buruk, citra buruk yang ada di Lembaga Dakwah Islam Indonesia berangkat dari issu-issu yang beredar di masyarakat yang kemudian membuat kendala dalam penyebar luasan Lembaga Dakwah Islam Indonesia tersebut.




BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) pertama kali berdiri pada 3 Januari 1972 di Surabaya, Jawa Timur dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI). Yang didirikan oleh Drs. Nur Hasyim.,Drs. Edi Masyadi.,Drs. Bahroni Hertanto.,Soetojo Wirjo Atmodjo BA. dan Wijono BA.
Keorganisasian Lembaga Dakwah Islam Indonesia mempunyai dua kegiatan yaitu rutin dan tidak rutin. Kegiatan rutin meliputi Pengajian Al Qur’an, Pengajian Hadis dan Pengajian Ceramah. Pengajian rutin ini dilakukan satu minggu empat kali, dengan penjadwalan sebagai berikut: hari selasa dan jumat untuk jamaah orang tua laki-laki maupun perempuan, hari kamis dan minggu untuk anak-anak muda laki-laki maupun perempuan, dan setiap hari kecuali hari minggu untuk anak-anak TK sampai SD kelas satu pada jam 02.00-03.00 dan untuk anak-anak SD kelas dua sampai kelas enam pada jam 03.00-05.00. Kemudian kegiatan yang tidak rutin yaitu pengajian akbar yang dilakukan setiap satu bulan sekali dan kegiatan tidak rutin lainnya yaitu gotongroyong membersihkan masjid dll.
Perkembangan keorganisasian Lembaga Dakwah Islam Indonesia ini menurut hasil penelitian yang saya amati di masjid Al-Huda Sangurejo Wonokerto Turi Sleman yaitu cukup bagus karena warga didesa tersebut mayoritas ikut serta di dalam naungan Lembaga Dakwah Islam Indonesia. Partisipasi masyatakat di wilayah ini juga bisa di bilang bagus karena mereka mempunyai kesadaran yang tinggi dalam mengikuti setiap program yang di canangkan di dalam organisasi ini.
Demikianlah apa yang telah saya coba gali dan teliti dari minireset yang bertema keorganisasian lembaga keagamaan. Dari awal hingga akhir makalah ini barangkali ada suatu kata, kalimat, bahasa yang mungkin kurang pas ataupun tidak sesuai dengan pendapat masing-masing pembaca sekalian. Banyaknya kemungkinan kesalahan di berbagai sisi yang kurang kami perhatikan menjadikan saya sangat berharap dengan segala kerelaanya untuk berkenan memberikan masukan dan kritik dari teman-teman ataupun Bapak Dosen Pengampu agar proses pembelajaran saya sebagai Insan Akademis dan bertanggung jawab bisa terus bertahap menuju arah yang lebih baik, tidak setatis dan Anti Kritik.

PSIKOPAT

PENDAHULUAN

Di media massa, akhir-akhir diramaikan dengan berita penangkapan seorang pembunuh dan pelaku mutilasi. Orang ini diyakini sudah membunuh banyak orang, dan semua dilakukan dalam rentang waktu tak begitu lama. Diduga kuat, tersangka pelaku ini seorang psikopat.
Psikopat adalah suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat.Di indonesia kasus psikopat sudah menjadi hal yang umum atau tidak asing lagi. Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus-kasus psikopat seperti kasus ryan dari jombang, kasus babe serta kasus-kasus yang lainnya.Menurut seorang ahli psikopati dunia yang menjadi guru besar di Universitas British Columbia, Vancouver, Kanada bernama Robert D. Hare telah melakukan penelitian psikopat sekitar 25 tahun. Ia berpendapat bahwa seorang psikopat selalu membuat kamuflase yang rumit, memutar balik fakta, menebar fitnah, dan kebohongan untuk mendapatkan kepuasan dan keuntungan dirinya sendiri. (http://id.wikipedia.org/wiki/Psikopat).
Istilah Psikopatsejak 1952 diganti dengan Sosiopat dan dalam DSM II 1968 resmi dinamakan Sosiopat (Ramsland, tanpa tahun) itu, justru tidak bisa ditemukan dalam DSM IV. Yang ada dalam manual baku yang digunakan oleh para psikitaer di seluruh Amerika Serikat (dan diacu juga oleh para psikolog klinis dan psikiater dan psikolog di Indonesia) itu adalah 10 jenis kelainan kepribadian (Personality Disorders) (American Psychiatric Association, 1994: 629).Haremenjelaskan bahwa ada dua unsur utama dalam pengertian Psikopat, yaitu faktor afektif atau interpersonal dan faktor gaya hidup sosial yang menyimpang.
Penelitian lain yang dilakukan Miller & Lynammenyatakan bahwa kepribadian psikopat bersumber kepada kelainan kepribadian itu sendiri, karena ia menemukan korelasi antara perilaku orang-orang dengan sindrom psikopat, dengan skor yang tinggi dalam test kepribadian yang disebut Revised NEO Personality Inventory (NEO-P-I-R, 1992).
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar klinis dengan sengaja memfokuskan pada salah satu topik klinis yaitu psikopat.
ISI

A.    DEFINISI
Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama dengan gila (skizofrenia/psikosis) karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya. Gejalanya sendiri sering disebut dengan psikopati, pengidapnya seringkali disebut "orang gila tanpa gangguan mental". Menurut penelitian sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopati. Pengidap ini sulit dideteksi karena sebanyak 80% lebih banyak yang berkeliaran daripada yang mendekam di penjara atau di rumah sakit jiwa, pengidapnya juga sukar disembuhkan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Psikopat)
Dalam DSM IV dan PPDGJ kata psikopat sudah di hapuskan, namun Hare dalam bukunya Without Conscience (1993) menyebutkan secara eksplisit bahwa psikopat adalah jenis gangguan kepribadian yang ditunjukan dengan perilaku khas tertentu dan perilaku khas tersebut di pandang buruk oleh masyarakat.

B.     SEBAB-SEBAB
1.      Biologis
Hare sendiri memeriksa seorang pasien pria, berusia 46 tahun bernama AI yang menunjukkan semua gejala psikopat. Hasilnya adalah bahwa pada AI ditemukan kelainan di otak, yaitu bahwa AI tidak dapat memisahkan stimulus yang bersifat rasional dari yang emosional. Semua stimulus diolah sekaligus oleh belahan otak kiri (pusat rasio) dan otak kanannya (pusat emosi). Karena itu menurut Hare seorang psikopat bukan sekedar berbohong atau hipokrit (munafik), tetapi ada sesuatu yang lebih serius di baliik itu, yaitu ada kelainan di otaknya (Hare, 1999).


2.      Psikis
Menurut Kirkman,mereka yang berkepribadian psikopat mempunyai latar belakang masa kecil yang tidak memberi peluang untuk perkembangan emosinya secara optimal. Anak-anak yang tidak dididik dan diasuh sedemikian rupa sehingga emosinya berkembang dengan baik, akan tumbuh menjadi orang-orang yang tidak bisa berempati dan tidak mempunyai kata hati (consceince). Dengan perkataan lain, mereka akan menjadi orang dengan kepribadian Psikopat.
3.      Sosial
Seseorang yang psikopat biasanya cuek pada norma-norma sosial, tak peduli pada aturan, dan pemberontak. Kepribadiannya yang sulit ditebak, bisa terlihat dari ketidakstabilannya dalam hubungan interpersonal, citra diri, serta selalu bertindak menuruti kata hati. Tanpa peduli perbuatannya itu salah atau benar, mengganggu orang atau tidak. Orang seperti ini cenderung impulsif (melakukan sesuatu tanpa pikir panjang), dan berpikiran negatif serta memiliki sifat pendendam.
4.      Spiritual
Adanya sikap  dan perilaku  yang menampakkan suatu yang dipandang baik oleh orang lain, padahal di dalam hatinya tersembunyi kebusukan, keburukan, dan kebobrokan. Apa yang ditampakkan tidak sama dengan apa yang dirasakan di dalam kalbunya. Indikator gangguan kepribadian antara lain adalah suka menipu (QS An-Nisa : 142), menyembunyikan kejalekan di dalam hatinya (QS. At-Taubah : 64), perbuatannya  dalam kefasikan atau dosa (QS. At-Taubah : 67), sikapnya suka berdusta.






C.    PERSPEKTIF ALIRAN-ALIRAN
1.      Psikoanalisis
Terjadi karena dorongan-dorongan bawah sadar terhadap pemuasan id ditambah dengan rendahnya kontrolnya ego sehingga id lebih dominan dan akhirnya dia melakukan segala cara untuk memuaskan id nya seperti membunuh, dan menyakiti orang lain, atau menipu.  Disamping itu, orang yang menderita gangguan tersebut mempunyai super ego yang tumpul sehingga ia tidak merasa bersalah atas apa yang telah di lakukannya meskipun perilakunya sudah merugikan banyak orang.
2.      Behavioristik
Teori behavioristik memandang bahwa gangguan kepribadian psikopat di sebabkan oleh proses belajar yang salah selama rentang kehidupanya. Ia tidak memahami perilaku mana yang benar dan perilaku mana yang salah. Anak yang tidak pernah mendapatkan reward atas hasil baik yang ia lakukan justru ia selalu mendapatkan perilaku dan pengalaman yang tidak menyenangkan saat melakukan perbuatan yang baik maupun yang buruk. Maka anak tersebut belajar bahwa, tidak ada yang namanya benar. Tetapi, apapun yang ia lakukan akan sama saja dampaknya
3.      Humanistik
Dalam teori humanistik, gangguan tersebut di sebabkan oleh terhambatnya dan tidak tercapainya proses menuju aktualisasi diri yang sehat. Seseorang yang menderita gangguan tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Baik kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan rasa cinta dan dicintai.
4.      Psikologi Islami
Psikopat merupakan gangguan kepribadian yang ke tiga, dalam bukunya Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi  Islam. Hal ini bisa di sebut juga dengan nifaq. Yaitu sikap  dan perilaku  yang menampakkan suatu yang dipandang baik oleh orang lain, padahal di dalam hatinya tersembunyi kebusukan, keburukan, dan kebobrokan. Apa yang ditampakkan tidak sama dengan apa yang dirasakan di dalam kalbunya. Indikator gangguan kepribadian antara lain adalah suka menipu (QS An-Nisa : 142), menyembunyikan kejalekan di dalam hatinya (QS. At-Taubah : 64), perbuatannya  dalam kefasikan atau dosa (QS. At-Taubah : 67), sikapnya suka berdusta.
5.      Kognitif
Psikopat terjadi karena mengalami distorsi kognitif. Ia berfikir bahwa ia dapat mendapatkan apa saja yang ia mau dengan melakukan apa saja yang ia inginkan untuk membawanya kepada sesuatu yang ia inginkan tersebut meskipun perilakunya membawa pengaruh atau efek buruk bagi orang lain.

D.    GEJALA
1.      Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
2.      Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
3.      Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
4.      Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
5.      Sikap psikopat di usia dewasa.
6.      Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
7.      Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
8.      Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
9.      Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
10.  Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar -- bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah "dingin".
11.  Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.


E.     ONSET
Onset gangguan adalah sebelum usia 15 tahun. Anak perempuan biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki biasanya lebih awal. (Kaplan & Sadock)

F.     PREVALENSI
Prevalensi gangguan kepribadian adalah 3 persen pada laki-laki dan 1 persen pada wanita. Keadaan ini paling sering ditemukan pada daerah perkotaan yang miskin dan di antara penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah tersebut. Anak laki-laki dengan gangguan berasal dari keluarga yang lebih tinggi. Dibandingkan anak perempuan dengan gangguan.
Di dalam populasi penjara, prevalensi gangguan kepribadian psikopat mungkin setinggi 75 persen. Suatu pola familial ditemukan di mana gangguan lima kali lebih sering pada sanak saudara derajat pertama dari laki-laki. (Kaplan & Sadock)


G.    TERAPI
Jika pasien gangguan kepribadian psikopat diimobilisasi (sebagai contohnya, di masukkan di dalam rumah sakit), mereka seringkali dapat menjalani psikoterapi. Dalam proses terapi, dukungan dari kelompok sangat menentukan perubahan perilaku. Oleh sebab itu, maka terapi kelompok lebih dapat menghilangkan gangguan di bandingkan dengan memasukannya kedalam penjara.
Sebelum terapi dimulai, sangat penting untuk dibuat batasan-batasan yang kuat terlebih dahulu. Ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak diri sendiri pada klien. Dan untuk mengatasi rasa takut klien gangguan kepribadian psikopat terhadap keintiman, ahli terapi harus menggagalkan usaha klien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain dalam melakukan hal itu, ahli terapi menghadapi tantangan memisahkan kendali dari hukuman dan memisahkan pertolongan dan konfrontasi dari isolasi sosial dan ganti rugi.
Farmakoterapi. Farmakoterapi digunakan untuk menghadapi gejala yang diperkirakan akan timbul seperti kecemasan, penyerangan, dan depresi. Tetapi karena klien seringkali merupakan penyalahguna zat, obat harus digunakan secara bijaksana. Jika klien menunjukan bukti-bukti adanya gangguan defisit atensi/ hiperaktifitas, psikostimulan, seperti methylphenidate (ritalin), mungkin digunakan. Harus di lakukan usaha untuk mengubah metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengendalikan perilaku impulsif dengan obat antiepileptik, khususnya jika bentuk gelombang abnormal ditemukan pada EEG.



H.    PREVENSI
Kirkman, yang percaya bahwa psikopat terbentuk karena salah asuh pada masa kecil, berpendapat bahwa psikopat bisa dicegah dengan indikasi kelainan kepribadian itu bisa dideteksi sedini mungkin dan diberi asuhan sedemikian rupa sehingga meminimalkan resiko individu dari kekurangan afeksi pada masa kecilnya yang akan meyebabkan berkembangnya perilaku yang merugikan dari seorang psikopat.(Kaplan & Sadock)


I.       KUALITAS HIDUP
Berdasarkan pengamatan kami terhadap berbagai film yang bertema psikopat, seperti the orphan dan saw dapat kami ambil kesimpulan bahwa penderita gangguan ini mempunyai kualitas hidup yang sama seperti orang normal. Mereka tidak merasakan adanya suatu gangguan dalam diri mereka. Bahkan perilaku mereka tidak membawa hal buruk terhadap dirinya. Yang membedakan hanyalah perilaku mereka yang cenderung maladaptif dan cenderung merugikan orang lain demi kepentingan dan kepuasan dirinya sendiri.













KESIMPULAN

Jadi, psikopat adalah suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat.Istilah psikopat sudah tidak digunakan lagi di dalam PPDGJ, istilah pskopat masuk ke dalam gangguan kepribadia antisosial.  Penyebab seorang menjadi psikopat dari berbagai faktor seperti faktor biologis, faktor psikis, sosial, dan spiritualnya.  Biasanya terjadi pada  usia 15 tahun. Anak perempuan biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki biasanya lebih awal. Dan gangguan tersebut lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding wanita.  Seorang psikopat lebih baik di beri terapi kelompok karena lebih dapat menghilangkan gangguan di bandingkan dengan memasukannya kedalam penjara.  Dalam Al-Qur’an disebutkan dalam surat An-Nissa’ ayat 142 bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya(dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”.  Di surat At-Taubah ayat 64 mengatakan Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.”.









DAFTAR PUSTAKA

Amalia (2008). Kenali 11 gejala Psikopat. http://amillavtr.multiply.com.
Diakses 3 Maret 2010.

Sarwono, Sarlito. W., (2008). Antara Psikopat Dan Sosiopat:Kajian Dalam Jurnal-Jurnal Barat. www.ilmupsikologi.com. Diakses 3 Maret 2010.

Kaplan & Sadock (1997). Sinopsis Psikiatri. Edisi ketujuh. Jakarta