Jumat, 24 Februari 2012

PUASA DAN KORBAN DALAM AGAMA YAHUDI


BAB I
PENDAHAULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Ibadah puasa tidak hanya dimiliki oleh umat Islam yang menjalankan ibadah puasa pada setiap datangnya bulan Ramadhan (Hijriah), maupun hari-hari tertentu yang telah dituntunkan oleh nabi Muhammad SAW. Agama-agama lain seperti Yahudi juga menjalankan ritual ibadah Puasa dengan tujuan, cara, dan konteks yang berbeda-beda tentunya. Umat Nashrani juga berpuasa dalam hal-hal tertentu, seperti puasa daging, susu, telur, ikan, bahkan berbicara. Seperti yang pernah dilakukan Maryam ibu Nabi Isa sebagaimana dalam Al-Quran surat Maryam: 26
إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا 
Artinya: “…Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”[1].
Mengenai Korban dalam agama Yahudi, tentu mempunyai konsep dan makna yang berbeda dengan agama-agama lainnya. Dalam agama Yahudi korban lebih ditujukan untuk penebusan dosa, yaitu dengan menyajikan atau mempersembahkan sesuatu yang dianggap sah untuk dijadikan korban, seperti halnya domba.
Dan untuk lebih jelasnya antara puasa dan korban dalam agama Yahudi kami akan memaparkan secara lebih luasa dalam makalah yang telah kami susun.
B.    Rumusan Masalah
Untuk lebih mengarahnya penjelasan yang akan kami paparkan pada makalah ini, maka kami mengambil dua perumusan masalah, yaitu:
1.   Seperti apa puasa dalam agama Yahudi?
2.   Bagaiman korban dalam agama Yahudi?


BAB  I
PUASA DALAM AGAMA YAHUDI
 Dalam agama Yahudi ada pendapat, bahwa semua umat hanya menjalankan puasa pada waktu berkabung, duka cita dan kemalangan. Ini diperkuat oleh banyak fakta. Sedangkan, pada umumnya dikalangan kaum Yahudi, puasa itu dilakukan sebagai tanda berkabung atau duka cita. Misalnya nabi Daud, diceritakan menjalankan puasa 7 hari ketika putranya yang masih kecil sakit. Demikian pula puasa sebagai tanda berkabung diuraikan oleh Samuel I 13:13 dan di tempat-tempat lain dalam perjanjian lama. Jika ditinjau pada syariat, Musa menetapkan bahwa hari penebusan adalah hari puasa, yang intinya orang-orang merendahkan diri dan hatinya dengan berpuasa. Sementara itu para pendeta menebusi mereka agar suci dari dosa.[2] Selain itu masih banyak lagi beberapa hari yang dipopulerkan setelah hari pembuangan, yaitu sekedar memperingati hari pembuangan tatkala kerajaan Yahudi dihancurkan.
Akan tetapi dalam referensi lain kami temukan bahwa dalam agama Yahudi terdapat dua hari puasa utama dan empat hari puasa kecil yang merupakan bagian dari tahun Yahudi.
1.      Dua Puasa Utama, Yom Kippur dan Tisha B'Av
Puasa Yom Kippur adalah puasa Hari Perdamaian (Imamat 23:27-28). Sebagai salah satu hari paling penting dari puasa tahun Yahudi, bersama dengan doa, dilakukan sebagai sarana pertobatan. Hal ini sesuai dengan gagasan melakukan penebusan untuk setiap dosa yang dilakukan selama setahun dan memulihkan jiwa seseorang kembali ke keadaan utuh. Sedangkan puasa Tisha B’Av adalah puasa untuk memperingati kekalahan kedua Yahudi atas raja Babylonia yaitu Nebukadnezar pada tahun 586 SM, setelah sebelumnya bangsa Yahudi di taklukan oleh Nebukadnezar pada tahun 597 SM. Pada kekalahan yang kedua ini pula Bait Allah dihancurkan. Kamudian, pada hari yang sama tahun 70 M Bait Allah kembali dihancurkan oleh Romawi, dengan demikian penghacuran Bait Allah oleh Babylonia dan Romawi menjadi saat mengheningkan cipta, berkabung pada hari puasa yang sama pada tanggal sembilan bulan Av (Tish B’Av).
Kedua puasa utama tersebut berlangsung hanya selama 24 jam. Puasa dimulai sebelum matahari terbenam, ketika masih ada cahaya di sebelah luarnya, dan diakhiri setelah matahari terbenam berikutnya, ketika terlihat gelap di sebelah luarnya dan tiga bintang dapat dilihat di langit. Puasa ini adalah wajib. Orang yang menjalankan puasa utama ini tidak dapat makan, minum, menggosok gigi, menyisir rambut, atau mandi.
2.      Puasa kecil
Ada empat puasa kecil dalam kalender Yahudi. Ini adalah puasa yang dilembagakan oleh orang Bijak untuk memperingati tragedi nasional. Puasa kecil berlangsung dari fajar sampai malam, dan yang berpuasa diizinkan untuk sarapan jika ia bangun sebelum matahari terbit untuk tujuan melakukannya. Ada banyak kelonggaran dalam puasa kecil bagi orang-orang yang memiliki kondisi medis tertentu atau kesulitan puasa lainnya. Tanggal puasa dipindahkan ke hari Minggu jika tanggal yang ditentukan jatuh pada hari Sabat. Puasa kecil tersebut, yaitu:
a.       Puasa Gedalya, 3 bulan Tishri, memperingati pembunuhan gubernur Yahudi Israel, peristiwa penting dalam kejatuhan bangsa pertama.
b.      Puasa Tebet, 10 bulan Tebet, adalah awal dari pengepungan Yerusalem. Ini juga memproklamirkan hari peringatan bagi enam juta orang Yahudi yang tewas dalam Holocaust.
c.       Puasa Ester, 13 bulan Adar, memperingati tiga hari berpuasanya Ester sebelum mendekati Raja Ahasyweros atas nama bangsa Yahudi. Puasa ini berkaitan dengan Purim. Jika 13 Adar jatuh pada hari Jumat atau Sabtu, puasa akan dipindahkan ke hari Kamis sebelumnya, karena tidak bisa bergerak maju hari (itu akan jatuh pada Purim).
d.      Puasa Tammuz, 17 bulan Tammuz, adalah hari ketika dinding Yerusalem dilanggar.[3]
Tetapi pelaksaan kewajiban puasa oleh umat Yahudi tidak lebih dari peringatan-peringatan peristiwa-peristiwa yang menimpa mereka, baik suka maupun duka. Dengan demikian puasa bagi mereka bertujuan untuk menyatakan rasa syukur dan menyatakn rasa sedih, bukan untuk menyatakan ketaqwaan kepada Allah.


BAB II
KORBAN DALAM YAHUDI
Ibadah Korban adalah suatu ibadah yang sangat universal, seluruh agama di muka bumi mengenal dan merayakan ibadah ini. Dalam agama Hindu korban dimaksudkan untuk menyenangkan hati para dewa dalam rangka memperoleh keberuntungan dari mereka. Dalam agama Kristen istilah korban juga sangat populer dan menjadi landasan dogma theologis mereka. Maksud dan tujuannya adalah sebagai penebus dosa hanya saja bila dalam syari’at Yahudi yang melakukan pengorbanan adalah pihak manusia yakni dengan memotong hewan ternak maka dalam agama Kristen yang melakukan pengorbanan adalah dari pihak Tuhan itu sendiri, dengan mengutus Anak-Nya yang Tunggal sebagai pihak yang dikorbankan sama seperti anak domba yang dijadikan korban penebusan dosa. Sedangkan Korban dalam Islam bukan untuk penebusan dosa terlebih lagi untuk membujuk Tuhan supaya mengakhiri permusuhan dengan manusia melainkan mkna dari korban itu sendiri yaitu ketaqwaan kepada Allah SWT. [4] Sedang dalam agama Yahudi korban lebih ditujukan untuk penebusan dosa.  Binatang yang dikorbankan adalah lembu sapi atau kambing domba (Im 1:2), bila seorang Imam melakukan kesalahan maka wajiblah ia mempersembahkan lembu jantan muda sebagai penebus dosanya (Im 4:2) hal yang demikian juga berlaku bila yang bersalah adalah Jama’at Israel (Im 4:14) yang membedakan hanyalah tata cara ritualnya saja. Bila seorang pemuka yang melakukan kesalahan maka yang harus ia persembahkan adalah seekor kambing jantan (Im 4:23), bila yang melakukan kesalahan itu seorang rakyat jelata maka persembahannya adalah seekor kambing betina (Im 4:28)[5].
Korban adalah salah satu upacara ibadah Yahudi yang amat penting. Tetapi keterangan mengenai Korban yang diberikan oleh imam Yahudi, tidak bercorak theologis. Mereka mengutamakan bagaimana korban itu dilaksanakan, bukan untuk apa-apa. Dalam korban, sebenarnya orang-orang yahudi lebih terpengaruh oleh kepercayaan suku-suku yang tinggal diwilayah sekitarnya, tapi suatu kesulitan juga untuk mengambil mana yang diambil dari luar dan mana yang asli dari mereka. Suatu hal lagi ialah korban ini tentu telah berlaku sepanjang sejarah Isael. Melalui sejarah yang panjang itu, tentu melalui perubahan-perubahan, kesulitannya adalah mencari perbedaan antara mana yang korban nenek moyang, korban zaman raja-raja, yang memiliki bentuk dan tujuan yang berbeda-beda. Juga pada korban yang berasal dari masa sesudah pembuangan, dsb. Suatu perbandingan korban yang terjadi dikalangan bangsa-bangsa Israel akan memberikan pengertian yang khusus dan murni tentang korban yahudi ini.
Dalam masyarakat kuno, anggapan orang kafir tentang korban berhubungan dengan anggapan antropomorfisme tentang dewa. Antara manusia dengan dewa ada hubungan kekeluargaan dan hubungan persamaan, sehingga para dewa menyerupai manusia. Lebih dari itu para dewa memerlukan manusia, terutama korban mereka. Dalam perjanjian lama juga terdapat cerita tentang korban, bahwa Yehovah (baca:YHWH) mencium bau yang menyenagkan. Maksudnya adalah meramahi Yehovah. Dalam kitab Imamat terdapat beberapa kali korban api-apian yang baunya menyenangkan Yehovah. Korban pemberian merupakan korban yang dimaksudkan untuk memelihara persekutuan dengan Dia, untuk memberikan persembahan sebagaimana yang dilakukan orang terhadap raja dan mewujudkan rasa bakti dan khidmat. Tetapi manusia tidak dapat memakai Yehovah berbuat sesuatu untuk kepentingan manusia, walaupun sudah dipersembahakan korban untuk Dia. Dalam Al-Kitab juga tidak ada keterangan bahwa Yehovah tergantung denagan manusia.[6]
Jika dibedakan bentuk dan macamnya, korban dalam Yahudi dibagi menjadi tiga[7]:
1.  Korban Perdamaian
Korban yang dilakukan meminta perdamaian bagi dosa-dosa, dosa yang tidak disengaja. Korban ini terdiri atas:
a.  Korban Pengahapusan Dosa, yaitu korban yang dipersembahkan pada hari perdamaian besar untuk menebus dosa para iman dan segenap bangsa Israel. Binatang yang hendak dikorbankan tergantung pada kedudukan yang mengorbankan. Upacara dilakukan dengan menyapukan darah binatang yang dikorbankan ke tanduk-tanduk mezbah dan sisanya dituangkan ke kaki mezabah. Sisa binatang korban itu dibakar diluar tempat, dan melambangkan dosa telah dijatuhkan.
Sebelum binatang korban itu dibuh, orang yang berkorban harus meletakan kedua tangannya diatas biantang korban tersebut, sebagai simbol penyerahan dosa pada bintang korban tersebut. Dan imam yang membakar binatang korban harus membersihkan diri dan pakaiannya sesudah upacara tersebut berlangsung, karena ia telah terkena dosa.
b.  Korban Penebusan Dosa, mirip seperti korban penghapusan dosa, hanya saja korban ini dilakukan oleh pencuri setelah mencuri, dan pencurian dilakukan dengan mengambil barang sesama manusia, atau tidak memenuhi syarat pada Yehovah, atau tidak membayar iuran kepada imam.

2.  Korban Pemujaan
Korban ini terdiri atas:
a.  Korban Bakaran, ketika melaksanakan korban ini, orang yang berkorban harus meletakan tangannya diatas kepala korban sebagai tanda bahwa ia menyerahkan diri pada Yehovah, dan sebagai gantinya binatang itu dibakar. Kemudian ia memotongnya dan mengirimkan darahnya ke sekeliling mezbah sebagai lambang penyerahan diri seluruhnya pada Yehovah. Korban ini dilakukan tiap pagi dan malam, sehingga korban ini disebut sebaagai korban tetap.
b.  Korban Keselamatan, caranya sama dengan mempersembahkan korban bakaran, tapi yang dibakar hanya lemaknya. Bagian dada dan bahunya diberikan pada imam, sisa dagingnya dimakan oleh anggota keluarga dan kawan-kawannya dalam suatu penjamuan sebagai lambang persekutuan dengan Yehovah. Korban keselamatan ini juga dapat berupa korban puji-pujian, dan nadzar, serta korban suka rela yang dilakukan suka rela tanpa didorong janji.
c.   Korban Sajian, korban ini terdiri atas tepung terbaik dicampur minyak, beberapa roti yang tak berragi. Biasanya dipersembahkan pada korban bakaran dan korban sembelihan sebagai lambang persembahan hasil bumi pada Yehovah

3.  Korban Lain-Lain
Disamping korban diatas masih terdapat korban-korban lain:
a.  Korban Perjanjian, dipersembahakan ketika mengadakan perjanjian di gurun Sinai. Korban ini berupa korban bakaran dan korban sukur, berupa lembu jantan yang muda.
b.  Korban Pelantikan Imam, yaitu korban yang dilakukan ketika pelantikan iman, dengan cara: cuping telingan kanan dan ibu jari tangan kanan, serta kuku kaki kanan diperciki darah domba yang akan dikorbankan. Ini melambangkan bahwa seluruh tubuhnya adalah kepunyaan Yehovah
c.   Korban Cemburan, adalah korban yang dilakukan oleh laki-laki yang menuduh istrinya berzina atau berkhianat. Pada upacara persembahan korban ini, perempuan yang dituduh harus meminum air sumpah dan dengan pengadilan Yehovah, dapat ditentukan ia bersalah atau tidak.
d.  Korban Pembunuhan, ialah korban yang dilakukan oleh para tetua dari suatu tempat yang terdekat dari tempat orang terbunuh, sedang yang membunuhnya tidak diketahui sama sekali.
Menurut Wringht dan A de Kuiper, corak ibadah korban Yahudi ini berhu-bungan dengan keinsyafan dosa, penyesalan, dan kesadaran batin. Apabila meraka melepaskan ikatan batin mereka dengan Yehovah, sehingga kehilangan hak untuk disebut bangsa kudus dan kerajaan para iman. Ibadah korban yang dikenal Yahudi merupakan ekspresi yang dapat dilihat dan diraba atas perasaan hati dan lisan, yang melahirkan rasa puas berhubungan dengan Allah.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Puasa dalam agama Yahudi terbagi dua, dua hari puasa utama dan empat hari puasa kecil yang merupakan bagian dari tahun Yahudi. Dua puasa utama, Yom Kippur dan Tisha B'Av, yang berakhir hanya selama dua puluh empat jam. Puasa dimulai sebelum matahari terbenam, ketika masih ada cahaya di sebelah luarnya, dan diakhiri setelah matahari terbenam berikutnya, ketika terlihat gelap di sebelah luarnya dan tiga bintang dapat dilihat di langit. Puasa ini adalah wajib. Sedangkan puasa kecil ada empat, yaitu puasa Gedalya (tiga bulan Tishri), puasa Tebet (sepuluh bulan Tebet), puasa Ester 13 bulan Adar, dan puasa Tammuz 17 bulan Tammuz. Dan tujuan dari puasa tersebut adalah untuk menyatakan rasa syukur dan menyatakn rasa sedih, bukan untuk menyatakan ketaqwaan kepada Allah.
Korban dalam agama Yahudi lebih ditujukan untuk penebusan dosa. Dalam hal ini korban di bagi tiga, yaitu: Korban Perdamaian (Korban penghapusan dosa dan Korban penebusan dosa), Korban Pemujaan (Korban bakaran, Korban keselamatan, dan Korban Sajian), dan Korban Lain-lain (Korban perjanjian, Korban pelantikan imam, Korban cemburuan, dan Korban pembunuhan).



DAFTAR PUSTAKA
_________, 1973, Ensiklopedi Umum, Yayasan Kanisius, Yogyakarta
_________, Puasa Dalam Agama Yahudi, dalam internet, website: http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi, dikases pada tanggal 27 November 2011
Al-Qur’an surat Maryam, ayat: 26
Dalam internet, bebsite: www.kompasia.com, diakses: Jum’at 25 November 2011 pk. 18.38 WIB
Dalam internet, bebsite: www.wikipedia.com, diakses: Jum’at 25 November 2011 pk. 18.13 WIB
Daya. Burhanudin, 1982, Agama Yahudi, Yogyakarta: PT. Bagus Arafah
Shalaby. Ahmad, 1997, Agama Yahudi, Trj. Sayed Ahmd Semait, Singapura: Pustaka Nasional


[1] Al-Qur’an surat Maryam, ayat: 26
[2] Ahmad Shalaby, Agama Yahudi, Trj. Sayed Ahmd Semait, Pustaka Nasional  Singapura, 1997 Hal 197
[3] _________, Puasa Dalam Agama Yahudi, dalam internet, website: http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi, dikases pada tanggal 27 November 2011
[4] Dalam internet, bebsite: www.kompasia.com, diakses: Jum’at 25 November 2011 pk. 18.38 WIB
[5] Dalam internet, bebsite: www.wikipedia.com, diakses: Jum’at 25 November 2011 pk. 18.13 WIB
[6] Ensiklopedi Umum, Yayasan Kanisius, Yogyakarta 1973 hal. 801
[7] Burhanudin Daya, Agama Yahudi, (PT. Bagus Arafah Yogyakarta Indonesia, 1982), hal.176

Tidak ada komentar:

Posting Komentar