BAB I
PENDAHAULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Ibadah
puasa tidak hanya dimiliki oleh umat Islam yang menjalankan ibadah puasa pada
setiap datangnya bulan Ramadhan (Hijriah), maupun hari-hari tertentu yang telah
dituntunkan oleh nabi Muhammad SAW. Agama-agama lain seperti Yahudi juga
menjalankan ritual ibadah Puasa dengan tujuan, cara, dan konteks yang
berbeda-beda tentunya. Umat Nashrani juga berpuasa dalam hal-hal
tertentu, seperti puasa daging, susu, telur, ikan, bahkan berbicara. Seperti
yang pernah dilakukan Maryam ibu Nabi Isa sebagaimana dalam Al-Quran surat Maryam: 26
إِنِّي نَذَرْتُ
لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا
Artinya: “…Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara
dengan seorang manusiapun pada hari ini”[1].
Mengenai
Korban dalam agama Yahudi, tentu mempunyai konsep dan makna yang berbeda dengan
agama-agama lainnya. Dalam agama Yahudi korban lebih ditujukan untuk penebusan
dosa, yaitu dengan menyajikan atau mempersembahkan sesuatu yang dianggap sah
untuk dijadikan korban, seperti halnya domba.
Dan
untuk lebih jelasnya antara puasa dan korban dalam agama Yahudi kami akan
memaparkan secara lebih luasa dalam makalah yang telah kami susun.
B.
Rumusan Masalah
Untuk
lebih mengarahnya penjelasan yang akan kami paparkan pada makalah ini, maka
kami mengambil dua perumusan masalah, yaitu:
1.
Seperti apa puasa dalam agama Yahudi?
2.
Bagaiman korban dalam agama Yahudi?
BAB I
PUASA DALAM AGAMA YAHUDI
Dalam agama Yahudi ada pendapat, bahwa semua umat hanya
menjalankan puasa pada waktu berkabung, duka cita dan kemalangan. Ini diperkuat
oleh banyak fakta. Sedangkan, pada umumnya dikalangan kaum Yahudi, puasa itu
dilakukan sebagai tanda berkabung atau duka cita. Misalnya
nabi Daud, diceritakan menjalankan puasa 7 hari ketika putranya yang masih
kecil sakit. Demikian pula puasa sebagai
tanda berkabung diuraikan oleh Samuel I 13:13 dan di tempat-tempat lain dalam
perjanjian lama. Jika ditinjau pada syariat, Musa menetapkan bahwa hari penebusan adalah
hari puasa, yang intinya orang-orang merendahkan diri dan hatinya dengan
berpuasa. Sementara itu para pendeta menebusi mereka agar suci dari dosa.[2] Selain itu masih banyak lagi beberapa hari yang
dipopulerkan setelah hari pembuangan, yaitu sekedar memperingati hari
pembuangan tatkala kerajaan Yahudi dihancurkan.
Akan tetapi dalam
referensi lain kami temukan bahwa dalam agama Yahudi terdapat dua hari puasa utama dan empat hari puasa
kecil yang merupakan bagian dari tahun Yahudi.
1.
Dua Puasa
Utama, Yom Kippur dan Tisha B'Av
Puasa Yom
Kippur adalah puasa Hari Perdamaian (Imamat 23:27-28). Sebagai salah satu hari paling penting dari
puasa tahun Yahudi, bersama dengan doa, dilakukan sebagai sarana pertobatan.
Hal ini sesuai dengan gagasan melakukan penebusan untuk setiap dosa yang
dilakukan selama setahun dan memulihkan jiwa seseorang kembali ke keadaan utuh. Sedangkan
puasa Tisha B’Av adalah puasa untuk memperingati kekalahan kedua Yahudi atas
raja Babylonia yaitu Nebukadnezar pada tahun 586 SM, setelah sebelumnya bangsa
Yahudi di taklukan oleh Nebukadnezar pada tahun 597 SM. Pada kekalahan yang
kedua ini pula Bait Allah dihancurkan. Kamudian, pada hari yang sama tahun 70 M
Bait Allah kembali dihancurkan oleh Romawi, dengan demikian penghacuran Bait
Allah oleh Babylonia dan Romawi menjadi saat mengheningkan cipta, berkabung pada
hari puasa yang sama pada tanggal sembilan bulan Av (Tish B’Av).
Kedua puasa
utama tersebut berlangsung hanya selama 24 jam. Puasa dimulai sebelum matahari terbenam, ketika masih ada cahaya
di sebelah luarnya, dan diakhiri setelah matahari terbenam berikutnya, ketika
terlihat gelap di sebelah luarnya dan tiga bintang dapat dilihat di langit.
Puasa ini adalah wajib. Orang yang menjalankan puasa utama ini tidak dapat
makan, minum, menggosok gigi, menyisir rambut, atau mandi.
2.
Puasa
kecil
Ada empat puasa kecil dalam kalender Yahudi.
Ini adalah puasa yang dilembagakan oleh orang Bijak untuk memperingati tragedi
nasional. Puasa kecil berlangsung dari fajar sampai malam, dan yang berpuasa
diizinkan untuk sarapan jika ia bangun sebelum matahari terbit untuk tujuan
melakukannya. Ada banyak kelonggaran dalam puasa kecil bagi orang-orang yang
memiliki kondisi medis tertentu atau kesulitan puasa lainnya. Tanggal puasa
dipindahkan ke hari Minggu jika tanggal yang ditentukan jatuh pada hari Sabat. Puasa kecil
tersebut, yaitu:
a.
Puasa Gedalya, 3 bulan Tishri, memperingati pembunuhan
gubernur Yahudi Israel, peristiwa penting dalam kejatuhan bangsa pertama.
b.
Puasa Tebet, 10 bulan Tebet, adalah awal dari pengepungan
Yerusalem. Ini juga memproklamirkan hari peringatan bagi enam juta orang Yahudi
yang tewas dalam Holocaust.
c.
Puasa Ester, 13 bulan Adar, memperingati tiga hari
berpuasanya Ester sebelum mendekati Raja Ahasyweros atas nama bangsa Yahudi.
Puasa ini berkaitan dengan Purim. Jika 13 Adar jatuh pada hari Jumat atau
Sabtu, puasa akan dipindahkan ke hari Kamis sebelumnya, karena tidak bisa
bergerak maju hari (itu akan jatuh pada Purim).
Tetapi pelaksaan kewajiban puasa oleh umat Yahudi tidak lebih dari
peringatan-peringatan peristiwa-peristiwa yang menimpa mereka, baik suka maupun
duka. Dengan demikian puasa bagi mereka bertujuan untuk menyatakan rasa syukur
dan menyatakn rasa sedih, bukan untuk menyatakan ketaqwaan kepada Allah.
BAB II
KORBAN DALAM YAHUDI
Ibadah Korban adalah suatu
ibadah yang sangat universal, seluruh agama di muka bumi mengenal dan merayakan
ibadah ini. Dalam agama Hindu korban
dimaksudkan untuk menyenangkan hati para dewa dalam rangka memperoleh keberuntungan
dari mereka. Dalam
agama Kristen istilah korban juga sangat populer dan menjadi landasan dogma
theologis mereka. Maksud dan tujuannya adalah sebagai penebus dosa hanya saja
bila dalam syari’at Yahudi yang melakukan pengorbanan adalah pihak manusia
yakni dengan memotong hewan ternak maka dalam agama Kristen yang melakukan pengorbanan
adalah dari pihak Tuhan itu sendiri, dengan mengutus Anak-Nya yang Tunggal
sebagai pihak yang dikorbankan sama seperti anak domba yang dijadikan korban
penebusan dosa. Sedangkan Korban dalam
Islam bukan untuk penebusan dosa terlebih lagi untuk membujuk Tuhan supaya
mengakhiri permusuhan dengan manusia melainkan mkna dari korban itu sendiri
yaitu ketaqwaan kepada Allah SWT. [4] Sedang dalam agama Yahudi korban lebih
ditujukan untuk penebusan dosa. Binatang yang dikorbankan adalah lembu
sapi atau kambing domba (Im 1:2),
bila seorang Imam melakukan kesalahan maka wajiblah ia mempersembahkan lembu
jantan muda sebagai penebus dosanya (Im 4:2) hal yang demikian juga berlaku
bila yang bersalah adalah Jama’at Israel (Im 4:14) yang membedakan hanyalah
tata cara ritualnya saja. Bila seorang pemuka yang melakukan kesalahan maka
yang harus ia persembahkan adalah seekor kambing jantan (Im 4:23), bila yang
melakukan kesalahan itu seorang rakyat jelata maka persembahannya adalah seekor
kambing betina (Im 4:28)[5].
Korban adalah salah satu
upacara ibadah Yahudi yang amat penting. Tetapi keterangan mengenai Korban yang
diberikan oleh imam Yahudi,
tidak bercorak theologis. Mereka mengutamakan bagaimana korban itu
dilaksanakan, bukan untuk apa-apa. Dalam
korban, sebenarnya orang-orang yahudi lebih terpengaruh oleh kepercayaan
suku-suku yang tinggal diwilayah sekitarnya, tapi suatu kesulitan juga untuk
mengambil mana yang diambil dari luar dan mana yang asli dari mereka. Suatu
hal lagi ialah korban ini tentu telah berlaku sepanjang sejarah Isael. Melalui
sejarah yang panjang itu, tentu melalui perubahan-perubahan, kesulitannya
adalah mencari perbedaan antara mana yang korban nenek moyang, korban zaman raja-raja,
yang memiliki bentuk dan tujuan yang berbeda-beda. Juga pada korban yang
berasal dari masa sesudah pembuangan, dsb. Suatu perbandingan korban yang
terjadi dikalangan bangsa-bangsa Israel akan memberikan pengertian yang khusus
dan murni tentang korban yahudi ini.
Dalam masyarakat kuno,
anggapan orang kafir tentang korban berhubungan dengan anggapan antropomorfisme tentang dewa. Antara manusia dengan
dewa ada hubungan
kekeluargaan dan hubungan
persamaan, sehingga para
dewa menyerupai manusia. Lebih dari itu para dewa memerlukan manusia, terutama
korban mereka. Dalam perjanjian lama juga
terdapat cerita tentang korban, bahwa Yehovah (baca:YHWH) mencium bau yang
menyenagkan. Maksudnya adalah meramahi Yehovah. Dalam kitab Imamat terdapat
beberapa kali korban api-apian yang baunya menyenangkan Yehovah. Korban pemberian merupakan korban yang
dimaksudkan untuk memelihara persekutuan dengan Dia, untuk memberikan
persembahan sebagaimana yang dilakukan orang terhadap raja dan mewujudkan rasa
bakti dan khidmat. Tetapi manusia tidak dapat memakai Yehovah berbuat sesuatu untuk kepentingan
manusia, walaupun sudah dipersembahakan korban untuk Dia. Dalam Al-Kitab juga
tidak ada keterangan bahwa Yehovah tergantung denagan manusia.[6]
Jika dibedakan bentuk dan
macamnya, korban dalam Yahudi dibagi menjadi tiga[7]:
1. Korban
Perdamaian
Korban yang dilakukan meminta perdamaian
bagi dosa-dosa, dosa yang tidak disengaja. Korban ini terdiri atas:
a. Korban
Pengahapusan Dosa, yaitu korban yang dipersembahkan pada hari perdamaian besar
untuk menebus dosa para iman dan segenap bangsa Israel. Binatang yang hendak
dikorbankan tergantung pada kedudukan yang mengorbankan. Upacara dilakukan
dengan menyapukan darah binatang yang dikorbankan ke tanduk-tanduk mezbah dan
sisanya dituangkan ke kaki mezabah. Sisa binatang korban itu dibakar diluar
tempat, dan melambangkan dosa telah dijatuhkan.
Sebelum binatang korban itu dibuh, orang
yang berkorban harus meletakan kedua tangannya diatas biantang korban tersebut,
sebagai simbol penyerahan dosa pada bintang korban tersebut. Dan imam yang
membakar binatang korban harus membersihkan diri dan pakaiannya sesudah upacara
tersebut berlangsung,
karena ia telah terkena dosa.
b. Korban
Penebusan Dosa, mirip seperti korban penghapusan dosa, hanya saja korban ini
dilakukan oleh pencuri setelah mencuri, dan pencurian dilakukan dengan
mengambil barang sesama manusia, atau tidak memenuhi syarat pada Yehovah, atau
tidak membayar iuran kepada imam.
2. Korban
Pemujaan
Korban
ini terdiri atas:
a. Korban
Bakaran, ketika melaksanakan korban ini, orang yang berkorban harus meletakan
tangannya diatas kepala korban sebagai tanda bahwa ia menyerahkan diri pada
Yehovah, dan sebagai gantinya binatang itu dibakar. Kemudian ia memotongnya dan
mengirimkan darahnya ke sekeliling mezbah sebagai lambang penyerahan diri
seluruhnya pada Yehovah. Korban ini dilakukan tiap pagi dan malam, sehingga
korban ini disebut sebaagai korban tetap.
b. Korban
Keselamatan, caranya sama dengan mempersembahkan korban bakaran, tapi yang
dibakar hanya lemaknya. Bagian dada dan bahunya diberikan pada imam, sisa
dagingnya dimakan oleh anggota keluarga dan kawan-kawannya dalam suatu
penjamuan sebagai lambang persekutuan dengan Yehovah. Korban keselamatan ini
juga dapat berupa korban puji-pujian, dan nadzar, serta korban suka rela yang
dilakukan suka rela tanpa didorong janji.
c. Korban
Sajian, korban ini terdiri atas tepung terbaik dicampur minyak, beberapa roti
yang tak berragi. Biasanya dipersembahkan pada korban bakaran dan korban sembelihan
sebagai lambang persembahan hasil bumi pada Yehovah
3. Korban
Lain-Lain
Disamping korban diatas masih terdapat
korban-korban lain:
a. Korban
Perjanjian, dipersembahakan ketika mengadakan perjanjian di gurun Sinai. Korban
ini berupa korban bakaran dan korban sukur, berupa lembu jantan yang muda.
b. Korban
Pelantikan Imam, yaitu korban yang dilakukan ketika pelantikan iman, dengan
cara: cuping telingan kanan dan ibu jari tangan kanan, serta kuku kaki kanan
diperciki darah domba yang akan dikorbankan. Ini melambangkan bahwa seluruh
tubuhnya adalah kepunyaan Yehovah
c. Korban
Cemburan, adalah korban yang dilakukan oleh laki-laki yang menuduh istrinya
berzina atau berkhianat. Pada upacara persembahan korban ini, perempuan yang
dituduh harus meminum air sumpah dan dengan pengadilan Yehovah, dapat
ditentukan ia bersalah atau tidak.
d. Korban
Pembunuhan, ialah korban yang dilakukan oleh para tetua dari suatu tempat yang
terdekat dari tempat orang terbunuh, sedang yang membunuhnya tidak diketahui
sama sekali.
Menurut Wringht dan A de
Kuiper, corak ibadah korban Yahudi ini berhu-bungan dengan keinsyafan dosa, penyesalan,
dan kesadaran batin. Apabila meraka melepaskan ikatan batin mereka dengan
Yehovah, sehingga kehilangan hak untuk disebut bangsa kudus dan kerajaan para
iman. Ibadah korban yang dikenal Yahudi merupakan
ekspresi yang dapat dilihat dan diraba atas perasaan hati dan lisan, yang
melahirkan rasa puas berhubungan dengan Allah.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Puasa dalam agama Yahudi terbagi
dua, dua hari puasa utama dan
empat hari puasa kecil yang merupakan bagian dari tahun Yahudi. Dua puasa
utama, Yom Kippur dan Tisha B'Av, yang berakhir hanya selama dua puluh empat
jam. Puasa dimulai sebelum matahari terbenam, ketika masih ada cahaya di
sebelah luarnya, dan diakhiri setelah matahari terbenam berikutnya, ketika
terlihat gelap di sebelah luarnya dan tiga bintang dapat dilihat di langit.
Puasa ini adalah wajib. Sedangkan puasa kecil ada empat, yaitu puasa Gedalya
(tiga bulan Tishri), puasa Tebet (sepuluh bulan Tebet), puasa Ester 13 bulan
Adar, dan puasa Tammuz 17 bulan Tammuz. Dan tujuan dari puasa tersebut adalah untuk menyatakan rasa syukur dan menyatakn rasa sedih,
bukan untuk menyatakan ketaqwaan kepada Allah.
Korban dalam agama Yahudi lebih ditujukan untuk
penebusan dosa. Dalam hal ini korban di
bagi tiga, yaitu: Korban Perdamaian (Korban penghapusan dosa dan Korban
penebusan dosa), Korban Pemujaan (Korban bakaran, Korban keselamatan, dan
Korban Sajian), dan Korban Lain-lain (Korban perjanjian, Korban pelantikan
imam, Korban cemburuan, dan Korban pembunuhan).
DAFTAR PUSTAKA
_________,
1973, Ensiklopedi Umum, Yayasan Kanisius, Yogyakarta
_________,
Puasa Dalam Agama Yahudi, dalam
internet, website: http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi,
dikases pada tanggal 27 November 2011
Al-Qur’an surat Maryam, ayat:
26
Dalam
internet, bebsite: www.kompasia.com, diakses: Jum’at 25 November 2011 pk. 18.38
WIB
Dalam
internet, bebsite: www.wikipedia.com, diakses: Jum’at 25 November 2011 pk. 18.13
WIB
Daya.
Burhanudin, 1982, Agama Yahudi, Yogyakarta: PT. Bagus
Arafah
Shalaby. Ahmad, 1997, Agama Yahudi, Trj. Sayed Ahmd Semait, Singapura: Pustaka Nasional
[1] Al-Qur’an
surat Maryam, ayat: 26
[2] Ahmad Shalaby, Agama Yahudi, Trj. Sayed Ahmd Semait, Pustaka Nasional Singapura, 1997 Hal 197
[3] _________, Puasa Dalam Agama Yahudi, dalam internet, website: http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi,
dikases pada tanggal 27 November 2011
[4] Dalam internet, bebsite: www.kompasia.com,
diakses: Jum’at 25 November 2011 pk. 18.38 WIB
[5] Dalam internet, bebsite: www.wikipedia.com,
diakses: Jum’at 25 November 2011 pk. 18.13 WIB
[6] Ensiklopedi Umum, Yayasan
Kanisius, Yogyakarta 1973 hal. 801
Tidak ada komentar:
Posting Komentar