I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Munculnya
agama baru dalam kehidupan manusia beragama dirasakan sangat tidak mengenakkan,
hal itu dikarenakan adanya kemungkinan-kemungkinan agama agama sebelumnya yang
bersifat mayoritas akan menjadi menoritas. Agama Islam yang muncul belakangan
di tanah Arab setelah beberapa agama; di antaranya Hindu, Budha, Yahudi,
Kristen, menjadikan mereka pada khsusnya tidak mengakui keberadaan agama
tersebut, sehingga Islam awal sangat mengalami banyak hambatan dalam
perkembangannya. Namun seiring berjalannya waktu, Islam di bawah pimpinan
Pendahulunya (baca: Muhammad) berhasil menjadi agama yang mayoritas karena
berkembang di berbagai daratan hingga separuh dunia. Dan selang beberapa abad
kemudian Islam mengalami keterpurukan, hal itu bersamaan dengan bangkitnya
Kristen yang kemudian menjadi Mayoritas.
Islam
dewasa ini mempunyai semangat tinggi untuk bangkit kembali seperti dalam
sejarahnya, hal itu membuat agama lain terutama Kristen bersikukuh untuk
mengalahkan Islam dalam bentuk apapun. Salah satu gerakan yang mereka buat
adalah dengan mempelajari Islam dari berbagai aspek, sejarah, ajaran, kitab dalam
rangka untuk memutar balikkan fakta dengan tujuan meruntuhkan ideologi Islam
yang telah mmelekat dalam diri kaum muslimin, yang kemudian di sebut
Orientalisme. Munculnya orientalisme sebagai akibat dari perang Salib atau
ketika dimulainya pergesekan politik dan agama antara Islam dan Kristen barat
di Palestina. Argumentasi mereka menyatakan bahwa permusuhan politik berkecamuk
antara umat Kristen dan umat Islam selama pemerintahan Nuruddin Zanki dan
Shalahuddin al-Ayyubi. Permusuhan itu berlanjut pada masa saudaranya, al-Adil,
sebagai akibat dari kekalahan beruntun yang ditimpkan Pasukan Islam kepada
pasukan Salib, semua itu memaksa barat untuk membalas kekalahan-kekalahannya.[1]
Idiologi
Islam juga dirasakan sebagai penghalang untuk proyek pengkristenisasian yang
hendak mereka wujudkan di seluruh dunia, hal ini sebagai salah satu faktor
adanya gerakan orientalisme. Namun perlu juga diketahui tidak semua orientalis
mempunyai pendapat yang subjektif tentang islam, ada juga para orientalis yang
memang benar-benar tujuannya untuk mempelajari Islam apa adanya, seperti halnya
Edward W. Said.
B. Identifikasi
Masalah
Pembahasan
Islam di mata orientalis akan terus berlanjut seiring tumbuhnya
orientalis-orientalis muda yang juga di barengi dengan permasalahan-permasalahan
baru yang dibawanya. Diantara beberapa orientalis yang mengkaji Islam: Yohana
dari Damaskus menulis buku yang berjudul Dialexis, dengan keinginan
menjadikannya semacam sarana perdebatan antara orang Kristen dengan orang
Islam. Buku Dialexis berisi melancarkan serangan sengit terhadap Rassulullah
saw. dan menuduhnya mengada-adakan wahyu untuk memuaskan keinginan dunianya.
Thomas Aquinas dari Dominikan pada tahun 1271 dengan bukunya berjudul Contra
Averroistas yaitu menentang pengikut- pengikut Ibnu Rusyd. Christian Snouck
Hurgronje hanyalah untuk tujuan praktis, yaitu penjajahan dan kekuasaan. Samuel
Zwemer dalam majalah The Mosle World menghujam dan menjelekan Islam. Dalam
bukunya seratus persen menyerang Islam dan muslimin di antaranya The Influence
of Animisme on Islam: An Account of Popular Superstition. (menyingkap tabir
orietalisme; H.A. Mannan Buchari). [2]
Dr. Philip K. Hitti, dia mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang penipu yang
lihai. Dia juga berpendapat bahwa Islam tidak lebih dari pada warisan orang
Yahudi-Kristen yang “diarabisasikan” dan “dinasionalisasi”.[3]
Tuduhan
Orientalis terhadap al-Quran juga tidak kalah ekstrimnya, menurut Arthur
Jeffery, Mengomentari kanonisasi yang terjadi pada zaman `Uthman, pada umumnya
para orientalis menyalahkan tindakan `Uthman yang menutup perbedaan. sebenarnya
terdapat beragam mushaf yang beredar di berbagai wilayah kekuasaan Islam.
Mushaf-mushaf tersebut berbeda dengan Mushaf Usman. Jadi, ketika Mushaf Usman
dijadikan satu teks standart yang resmi dan digunakan di seluruh wilayah
kekuasaan Islam, maka kanonisasi tersebut tidak terlepas dari alasan-alasan
politis (political reasons).[4]
Selai itu, Orientalis yang menentang Hadits adalah Ignaz Goldziher, menurutnya
teks-teks Masehi, kata-kata dari sahabat-sahabat nabi Isa dan kitab-kitab
apokripa (kitab-kitab Masehi yang diragukan kebenarannya), pandangan-pandangan
Yahudi, ajaran filosof-filosof Yunani, dan seterusnya, yang disambut dengan
baik di kalangan kaum muslimin, dengan mudahnya muncul dalam hadits sebagai kata-kata
Muhammad.[5]
C. Batasan
Masalah
Setelah
peneliti, mengidentifikasi masalah yang ada mengenai orientalis sebagai mana
yang telah banyak peneliti jelaskan di atas, perlu kiranya ada pembatasan
masalah sebagai batasan penelitan yang akan dilakukan. Pandangan orientalis
terhadap Muhammad adalah batasan yang peneliti ambil dari berbagai masalah yang
ada.
D. Rumusan
Masalah
Bagaimana
Pandangan Orientalis terhadap Muhammad?
E. Tujuan
Penelitian
Dengan
mengetahui bagaimana pandangan para orientalis terhadap Muhammad, kami sebagai
peneliti bisa mendiskripsikan dan mengetahui seberapa jauh pandangan mereka
terhadap Muhammad dan bagaimana respon mereka terhadapnya.
F. Kegunaan
Hasil Penelitian
Setelah
mengetauhi tujuan peneitian ini, kita bisa memberikan respon sebagai mana
mestinya terhadap orientalis atas pandangannya kepada Muhammad.
II.
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESA
A. Kerangka
Teori
Banyak
sekali pandangan orientalis tentang Muhammad sebagai tokoh utama dalam agama
Islam, dalam hal ini pandangan yang banyak ditemukan bersifat distruktif. Hal
itu di dorong oleh kebencian mereka akan agama Islam yang mencegah proyek yang
salah satunya pengkris-tenisasian di seluruh dunia. Dr. Hasan Abdul Rauf M.
el-Badawiy dan Dr. Abdurrahman Ghirah dalam bukunya ‘Orientalisme dan
Misionarisme’ di sana di jelaskan dalam rangka menjelekkan pamor Rasulullah
mereka menyerang dalam berbagai aspek termasuk dalam hal poligami. Hal itu
merupakan kebiasaan kalangan orientalis Yahudi dan Nasrani menyebarkan
propaganda tak berdasar dengan tuduhan bahwa poligami yang diakukan Rasulullah
bukti atas hasrat birahinya yang besar dan lebih karena mengikuti hawa
nafsunya. Pernyataan yang membalikkan faktadari kebenaran menuju kebatilan.[6]
Sedangkan
Maryam Jamilah dalam bukunya Islam dan Orientalisme, dia mengemukakan salah
satu tokoh yang juga merespon Muhammad, yaitu Dr. Philip K. Hitti seorang Guru
Besar Sastra Semit di Universitas Princeton selama beberapa dasawarsa diakui
oleh internasional sebagai ahli Islam yang paling berbobot di Barat, dia juga
bertanggung jawab atas pengembangan orientalisme di Amerika. Dia mengatakan
bahwa Muhammad adalah seorang penipu yang lihai dan membawa agama warisan
yahudi-Kristen yang di “arabisasikan” dan “dinasionalisasikan”.
B. Hipotesis
Pandangan
orientalis tentang Muhammad adalah orang yang tidak bisa dipercaya, orang yang
sangat lihai menipu, dan merupakan pembawa agama sesat.
III. PROSEDUR
PENELITIAN
A. Metode
Metode
penelitian dengan menggunakan pemaparan deskriptif kemudian menginterpretasikan
dat menganalisa pendapat beberapa orientalis berdasarkan data yang ditentukan.
Data diperoleh dari library reasrch atau artikel-artikel yang sehubungan dengan
pendapat para orientalis tentang Muhammad.
B. Populasi
dan Sampel
1. Populasi
ü Buku
a. Dr.
Hasan Abdul Rauf M. el-Badawiy dan Dr. Abdurrahman Ghirah, 2007, Orientalisme dan Misionarisme, Bandung:
PT Remaja Rosdakaya
b. Dr.
Mustofa Hassan as-Syiba’i, 1997, Membongkar Kepalsuan Orientalisme, Yogyakarta:
Mitra Pustaka
c. ___________,
1983, Islam dan Para Orietalis, dialih bahasakan oleh: H. Bey Arifin, Surabaya:
PT Bina Ilmu
d. Maryam
Jamilah, 1997, Islam dan Orientalisme, sebuah kajian analitik, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
ü Internet
e. Pandangan Orientalis Tentang Muhammad,
dalam internet, website: http://andromedazone.blogspot.com/2009/01/pandangan-orientalis-tentang-muhammad_26.html
a.
Orientalisme
dan Biografi Nabi Muhammad SAW, dalam
internet, website: http://id.shvoong.com/humanities/history/2209740-orientalisme-dan-biografi-nabi-muhammad/
b. Apa Kata Para Orientalis Tentang Nabi Kita?, dalam internet, website: http://singingemotions.wordpress.com/2011/07/08/apa-kata-para-orientalis-tentang-nabi-kita-2/
2. Sampel
POPULASI
|
NAMA
|
SIFAT
|
|
Judul buku
|
Orientalisme dan
Misionarisme
|
Carl Leil
|
Jujur
|
Tol Stoy
|
Jujur
|
||
Dr. Greeneh
|
Jujur
|
||
Membongkar Kepalsuan
Orientalisme
|
G. Von Grunbaum
|
Tidak
jujur
|
|
Islam dan Para Orietalis
|
Sir William Muir
|
Tidak
jujur
|
|
Islam dan Orientalisme,
sebuah kajian analitik
|
Dr. Philip K. Hitti
|
Tidak
jujur
|
|
Dalam internet
|
Pandangan
Orientalis Tentang Muhammad
|
Peter
|
Tidak
jujur
|
Yahya ad-Dimasyqi atau
John of Damascus
|
Tidak
jujur
|
||
Pastor Bede
|
Tidak
jujur
|
||
Voltaire
|
Tidak
jujur
|
||
Klimovich
|
Tidak
jujur
|
||
Bagi Voltaire
|
Tidak
jujur
|
||
Thomas Carlyle
|
Jujur
|
||
Loria Valeri
|
Jujur
|
||
Orientalisme dan Biografi
Nabi Muhammad SAW
|
Tomas Alluinas
|
Tidak
jujur
|
|
George Sabe
|
Tidak
jujur
|
||
Apa Kata Para Orientalis
Tentang Nabi Kita?
|
Washington Irfing
|
Jujur
|
|
Jan Lek
|
Jujur
|
||
Loravicia Vaghleri
|
Jujur
|
||
Gustave Le Bon
|
Jujur
|
||
Orientalisme
|
Hardrian Roland
|
Jujur
|
|
Richard Bell
|
Tidak
jujur
|
||
Saledon Amous
|
Tidak
jujur
|
C. Teknik
Pengumpulan Data
Tehnik
pengumpulan data peneliti melakukan library research yaitu mencari data dari
berbagai buku yang menjelaskan tentang Muhammad prespektif orientalis.
D. Teknik
Analisis Data
Setelah
peneliti mendapatkan data yang dimaksud langkah selanjutnya adalah menganalisis
data lalu mendeskripsikannya dan memberikan komentar terhadap permasalahan yang
ada. Untuk menganalisa data tersebut peneliti menggunakan pendekatan Historis.
IV. ORGANISASI
DAN JADWAL PENELITIAN
A. Organisasi
Penelitian
Penelitian
ini dilakukan oleh kelompok UIN Bersatu dengan ketua Ahmad Kholil, sekertaris
Ening nurjanah, dan anggotanya Kuwat, Dewi, Ulum
B. Jadwal
Penelitian
Penelitian
ini membutuhkan waktu 1 bulan 1 hari di awali dengan melihat melihat data
pendapat tentang Muhammad di internet dan di perpustakaan pada tanggal 27
desember 2011, peneliti mendiskusikan beberapa pendapat pada bulan januari 2012
dan mengolah data pada akhir januari.
V. BIAYA
YANG DIPERLUKAN
[1]
Qasim Assamurai, Bukti-Bukti Kebohongan Orientalis, (Jakarat: Gema
Insani Press, 1996), hal: 28
[2]
Ibid, hl: 71, 109, 141
[3]
Maryam Jamilah, Islam dan Orientalisme,
sebuah kajian analitik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), hl:13, 17
[4]
BANTAHAN TERHADAP FITNAH PARA ORIENTALIS : Tuduhan Para Orientalis terhadap
Al-Qur’an pada Zaman Uthman ibn Affan, dalam internet, website: http://cesc-cone.blogspot.com/2011/01/bantahan-terhadap-fitnah-para_3073.html,
diakses pada tanggal 05 Januari 2011
[5]
A. Hanif, Orientalisme, ditinjau menurut
Kacamata Agama (Qur’an dan Hadits), (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1981), hl:
122
[6]
Hasan Abdullah Rauf M. el-Badawiy, Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan Misionarisme, Menelikung Pola Pikir Umat Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal: 87