Selasa, 24 Mei 2011

ROBINSON CRUSOE


Scotlandia 1703, seorang Robinson  Crusoe telah terdampar di sebuah pulau yang tidak bertuan hanya karena mempertahankan seorang wanita, Marry McGregor, yang dicintai telah ditunangkan dengan teman baiknya, Patrick Conner, disebabkan keluarga Crusoe mengalami kemerosotan dan keluarga McGregor mengalami kemakmuran seperti halnya keluarga Conner. Robinson menjadikan dirinya seorang pelaut yang seolah tidak bernegara namun mempunyai tujuan, hal itu dia lakukan untuk melarikan diri dari balas dendam yang pasti akan dilakukan oleh keluarga Conner apabila dirinya masih di Scotlandia. Dia bekerja sebagai penulis pelayaran bersama kapten kapal barang, pengetahuannya tentang sejarah mendukung pekerjaannya itu. Namun nahas, kapal barang yang selama berbulan-bulan itu menjadi tempat tinggalnya karam diterpa badai dahsyat di suatu  malam yang kelam, hingga akhirnya dia terdampar di sebuah pulau yang tak satupun ditemukan olehnya tanda-tanda kehidupan manusia.
Seharian di pulau tersebut, membuncahkan semangatnya untuk bertahan hidup, sekedar berharap dan menunggu akan ada kapal yang lewat di pulau tersebut. Tetapi nihil, telah berbulan-bulan Robinson menantikan datangnya kapal yang lewat hari itu tak kunjung datang. Hingga akhirnya di suatu pagi, terlihat kapal yang lewat namun tidak mampir karena  mereka kira tidak ada tanda-tanda kehidupan di pulau ini. Semenjak itulah Robinson menyadari bahwa tidak dapat mengadu untung, takdir, ataupun pertolongan tuhan untuk bertahan hidup, hanyalah dirinya yang bisa mempertahankan hidupnya.
Kehidupannyapun semakin ceria ketika dia menemukan seorang teman dari orang pedalaman yang masih sangat primitif, seorang dari suku Tanga, Friday, sebuah nama yang dia berikan kepada teman barunya tersebut. Friday datang sebagai kurban yang akan di bunuh oleh bangsa Nimas untuk kemakumuran bangsanya, namun dia berhasil melarikan diri berkat pertolongan Robinson, dan mereka akhirnya berteman. Nampak dua kebudayaan yang sangat jauh berbeda hidup dalam satu tempat tinggal sebagai seorang teman. Robinson yang telah mengenal tekhnologi dan mengalami kemajuan yang sangat ketimbang Friday, seorang primitif yang sangat sederhana dan pedalaman. Jika senjata yang digunakan oleh Robinson adalah pistol dan pisau, lain halnya dengan Friday yang masih menggunakan tulang dan panah sebagai senjata andalannya untuk melindungi diri dan berburu. Kepercayaan keduanyapun tentu berbeda. Robinson mencoba menjelaskan tuhan yang dia sembah kepada Friday bahwa tuhan Jesus yang sebenarnya lebih besar dan lebih kuat, membuat manusia dan semuanya, hal itu tidak masuk akal menurut Friday penyembah buaya yang kemudian disebutnya dengan sebutan Pakia. Friday membantah pernyataan Robinson bahwa Pakialah yang menciptakan semuanya, karena sebelum adanya segala sesuatu seperti halnya pulau,  dunia hanyalah lautan, kamudian Pakia menciptakan matahari dan bulan, keduanya menikah dan melahirkan bayi laki-laki. Jadi menurut pendapat Friday, yang melahirkan semua laki-laki adalah matahari dan bulan. Selian itu, dalam kepercayaannya membolehkan makan sesama, karena menjadikan manusia kuat, memakan cicak menjadikan lebih pandai memanjat, makan ikan menjadikan lebih pandai berenang, Pakia bisa menjaga roh binatang yang sudah mati, sedangkan tuhan yang disembah oleh Robinson tidak. Dalam kepercayaannya, Friday juga menjelaskan bahwa setiap orang mempunyai roh hewan yang menjaga orang tersebut, dan hanya roh orang tersebut, dan pemimpin suku Tanga yang mengetahui jenis roh tersebut.
Hal yang sedemikian di atas sangat bertolak belakang dengan ajaran yang dianut oleh Robinson, dalam kepercayaannya, tuhan mengajararkan belas kasih, mencintai teman ataupun musuh dan tidak memakan sesama. Dan perbedaan yang sangat mencolok sekali di sadari oleh Friday dan Robinson ketika Friday meminta robinson untuk menunnjukkan wujud tuhan yang manurut Robinson lebih besar, kuat, dan belas kasih. Hal itu tidak dapat dilakukan oleh Robinson karena dia sendiri belum pernah bertemu tuhan yang dia sembah dan agungkan, apalagi untuk menunjukkan kepada orang lain. Lain halnya dengan Friday yang bisa menunjukkan Tuhannya kepada Robinson. Dari perbedaan tersebut, timbullah kesenjangan yang kemudian Friday memutuskan untuk tidak lagi berteman dengan Robinson. Keduanyapun hidup secara individualis, dalam satu pulau. Hal itu tidak ubahnya dengan perang antar agama yang telah dimulai sejak permulaan waktu. Kepercayaan yang berbeda dan tidak adanya saling menghargai antara satu dengan yang lain menimbulkan peperangan diantara keduanya, toh walaupun peperangan yang terjadi di antara keduanya hanyalah diskomunikasi.
Ditinjau dari aspek realitifias atau kenisbian budaya, sepeti halnya di atas, keduanya sangat berbeda. Sepintas memang dapat kita lihat Robinson sebagai orang yang berbudi, baik dan mempunyai pemikiran lebih maju bila dibandingkan dengan Friday yang nampak liar, tak berbudi, jahat dan bisa dikatakan buas. Namun bila kita melihat kepribadian masing-masing keduanya,  Robinson yang nampak baik hati dan berbudi tidak berbeda jauh dengan Friday yang hanya sekilas terliha buas, terbukti ketika dia menyelamatkan dan mengajak Friday untuk hidup bersamanya karena ada kemauan yaitu untuk dijadikan budak atau pembantunya, memberikan sebutan orang primitif tersebut dengan sebutan Friday dan dirinya Master yaitu tuan seperti halnya bangsa kulit putih yang selalu mendatangi pulau  tempat tinggal Friday untuk membawa paksa masyarakat setempat yang kemudian dijual sebagai budak, menyuruh Friday tidur di luar rumah dengan kaki dan tangan diborgol. Namun lain halnya dengan Friday, sekalipun sepintas dari luar kelihatan sangat buas dan liar, namun dirinya mempunyai kepribadian yang budi melebihi seorang Robinson. Sekalipun dia tidur dengan kedua tangan dan kaki dalam keadaan diborgol tetapi dia tidak lantas membalas perbuatan Robinnson kepada dirinya, tetapi malah mengambilkan makanan untuk Robinson, hal yang sama sekali tidak dissangka sebelumnya oleh Robinson. Bekerja dengan Robinson tanpa pamrih, tidak ada unsur politik dalam segala hal yang dia lakukan, mempunyai rasa menghargai dan balas budi yang tinggi.
Sebagai manusia yang bersifat sosial, cara hidup individualistis tidak akan pernah berlangsung lama. Hal itu terjadi kepada Robinson yang mulai tida menemukan kenyamanan dengan gaya hidup yang dijalaninya sekarang, diskomunikasi dengan seorang yang pernah menjadi temannya di pulau yang sama, hingga akhirnya dia meminta Friday untuk kembali hidup bersamanya sebagai teman. Keduanyapun hidup dan bertempat tinggal bersama lagi, namun hal itu tidak berlangsung lama. Perbuatan yang tanpa dipikirkan dengan matang sebelumnya oleh Robinson menjadikan Friday tidak ingin berteman lagi dengannya. Sifat Robinson yang sombong dan arogan sebelumnya serta menganggap remeh Friday sebagai orang primitif yang tidak tahu tentang hal apapun membuat pemikirannya pendek, sebutan master yang diperkenalkan oleh Robinson kepada Friday untuk memanggil dirinya telah membuat Friday kecewa dan marah karena tidak mau dirinya dianggap budak. Doktrin yang diajarkan oleh ayah Friday bahwa  orang kulit putih bukanlah orang baik-baik, merampas semuanya, tanah, harta, dan menjadikan orang sebagai budak yang kemudian dijual. Friday merasa selama ini telah dijadikan budak oleh Robinson, walaupun setelah Robinson tahu kepribadian Friday yang sebenarnya dia tidak lagi menganggap Robinson sebagai budak tetapi teman baiknya, namun keteledorannya dalam hal tersebut pantaslah mendapat ganjaran yang harus dia terima.
Keduanya mengalami kesenjangan sosial, diskomunikasi pun telah menyelimuti kehidupan mereka.  Satu-satunya sahabat telah meninggalkan dirinya karena kesombongan untuk yang kedua kalinya. Hal itu sangat disesalkan oleh Robinson, dari hal itulah dia belajar dari kepribadian Friday, dan dia menyadari “pelajaran kemanusaiaan tidak dapat dengan mudah pada jiwa yang bandel, bahwa jalan saya adalah jalan satu-satunya yang  benar, sekarang saya tidak yakin lagi  ucap Robinson pada dirinya sendiri. Sifat stereotip yang sudah mulai disadari oleh Robinson untuk segera dibuangnya.
Kesenjangan itupun tidak berlangsung lama, saat badai besar yang akan melanda pulau tersebut datang keduanyapun berlindung dalam satu atap dan menjadi teman baik, saling menghargai kepercayaan, budaya satu sama lainnya. Keduanyapun berlayar menuju suku Tanga, di mana Friday tinggal sebelumnya untuk mengobati Robinson yang terluka karena berperang dengan bangsa Nimas.
Lagi-lagi, permasalahan yang menghambat mereka adalah kebudayaan, perbedaan kebudayaan antar manusia menjadikan pelajaran bagi manusai itu sendiri untuk mempunyai rasa menghargai yang begitu sangat. Namun saat itu yang dihadapi oleh Robinson Crusoe adalah suku Tanga, suku primitif yang dalam kebiasaannya sangat sulit untuk menerima kedatangan orang asing dalam kehidupan mereka, apalagi orang kulit putih yang amat mereka benci. Begitu juga Friday yang oleh mereka telah dianggap mati, karena Friday sebelumnya merupakan kurban yang dipersembahkan untuk kemakmuran suku Tanga sendiri. Sekalipun keduanya tidak dibunuh, namun keduanya diadu untuk saling bunuh, setelah sebelumnya Robinson diobati, begitulah adat dalam suku tersebut.
Ternyata takdir tidak berkenan apabila seorang Friday mati dengan cara diadu. Friday mati ditangan orang berkulit putih yang datang secara tiba-tiba di pulau suku Tanga, menimbak Friday yang saat itu akan mengakhiri hidup Robinson dengan terpaksa. Seperti yang telah dikatakan Friday di atas, orang berkulit putih datang untuk mengambil semuanya, merampas dan menculik orang-orang untuk dijadikan budak. Di sini dibuktikan oleh perbuatan diri mereka sendiri, bahwa orang yang mempunyai peradaban maju lebih liar dari pada orang pedalaman atau primitif seperti halnya suku Tanga, di mana Friday dibesarkan. The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar