Selasa, 24 Mei 2011

BENTUK BANGUNAN DAN RELIEF CANDI PRAMBANAN


Candi Prambanan merupakan bangunan luar biasa cantik yang dibangun mulai sekitar akhir abad ke-9 dan awal abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Pakai Pikatan dan Rakai Balitung dari dinasti Sanjaya. Menjulang setinggi 47 meter (lima meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.
Sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini akan kami sajikan secara singkat sebagai pengantar hasil observasi ini. Dikisahkan, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.
Candi Prambanan berbentuk bangunan yang menjulang khas arsitektur Hindu, dan tata letak bangunan candi  berupa Mandala, seperti Borobudur. Sebagai simbol dunia/kosmos dalam ajaran  Hindu, candi dibagi dalam tiga bagian baik ke atas maupun ke samping. Bhurloka, yaitu bagian dasar candi, juga bujursangkar luar menggambarkan dunia bawah. Tempat untuk orang biasa, tempat yang kotor di mana angkara banyak terjadi. Daerah ini bukan daerah suci. Bhuvarloka, yaitu bagian tengah candi dan bujursangkar tengah pada komplek candi, melambangkan 'dunia tengah' sebuah tempat bagi mereka yang telah meninggalkan nafsu duniawi yang kemudian dalam Hindu di kenal dengan nama San Yasin. Tempat di mana orang mulai mendapat pencerahan. Svarloka, yaitu puncak candi, dan bujursanngkar paling dalam melukiskan dunia para dewa, tempat paling suci, dan bermahkota.
Candi Prambanan memiliki tiga candi utama di halaman utama yang sama-sama menghadap ke timur, yaitu Candi Wisnu (di sebelah utara), Brahma (di sebelah selatan), dan Siwa (di tengah). Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu, tiga candi itu disebut dengan candi Wahana, yaitu kendaraan dari masing-masing dewa tersebut. Selain itu, masih terdapat dua candi apit, empat candi kelir, dan empat candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Candi Prambanan merupakan Candi Siwa karena selain bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Siwa sebagai Maha Dewa[1]. Ukuran candinyapun lebih besar dari pada candi yang lainnya. Candinya sendiri berukuran dasar 17x17 m dan ini berdiri di atas suatu soubasement yang berukuran 34x34 m, tinggi candi keseluruhannya adalah 47 m yang berdiri di atas suatu pondasi. Percandian Prambanan merupakan replica gunung itu terbukti dengan adanya arca-arca dewa Lokapala yang terpahat pada kaki candi Siwa.
Candi Siwa ini memiliki empat pintu masuk sesuai dengan keempat arah mata angin. Pintu utama menghadap ke timur dengan tangga masuknya yang terbesar. Di kanan-kirinya berdiri dua buah arca raksasa penjaga dengan membawa ganda yang merupakan manifestasi dari Siwa itu sendiri. Di dalam candi terdapat empat ruangan yang menghadap keempat arah mata angin dan mengelilingi ruangan terbesar yang ada ditengah-tengah. Dasar kaki candi dikelilingi selasar yang dibatasi oleh pagar langkan. Pada dinding langkan sebelah dalam terdapat relief cerita Ramayana yang dapat diikuti dengan cara Pradaksina (berjalan searah jarum jam) mulai dari pintu utama. Hiasan-hiasan pada dinding sebelah luar berupa Kinari-kinari (makhluk bertubuh burung berkepala manusia), Kalamakara (kepala raksasa yang lidahnya berwujud sepasang mitologi) dan makhluk surgawi lainnya. Atap candi bertingkat-tingkat dengan susunan yang amat komplek masing-masing dihiasi sejumlah Ratna (batu mulia) dan puncaknya terdapat ratna terbesar.
Relung (berbentuk seperti kubah) sisi selatan terdapat arca Bhatara Guru yaitu Agastya, yang dilukiskan berdiri di atas padmasana atau singgasana. Bhatara Guru ini digambarkan sebagai pendeta yang mempunyai janggut tebal serta berperut gendut. Tangan kanannya dilipat ke depan dada dan tangan kiri memegang kendi Kamandalu. Di samping tangan kanannya terdapat tombak yang ujungnya berbentuk trisula. Tombak trisula tersebut dilukiskan dalam posisi berdiri, terlihat seperti ditancapkan pada sebuah tempat tombak. Dipundak kirinya terdapat camara. Bagian belakang arca terdapat prabhamandala yang berbentuk oval tanpa hiasan.
Relung di sisi barat terdapat arca Ganeca, dewa yang berkepala gajah ini adalah anak dewa Siwa. Arca ini dilukiskan mempunyai empat buah tangan. Tangan bagian belakang sebelah kanan membawa tasbih (aksamala) dan sebelah kiri memegang kapak kecil. Cawan berbentuk tengkorak dipegang tangan kiri depan dan patahan gading dipegang di tangan kanan depan. Ujung belalainya dimasukkan kedalam cawan itu yang menggambarkan bahwa ia tak pernah puas meneguk ilmu pengetahuan. Pada mahkotannya terdapat tengkorak dan bulan sabit sebagai tanda bahwa ia anak Siwa Kepalanya memakai hiasan jata makuta yang tersusun. Telinganya dilukiskan cukup lebar, memakai upawita yang berbentuk ukar, serta ikat dada seperti untaian mutiara. Perutnya buncit. Ganeca ini tampak duduk bersila dengan kedua telapak kakinya berhadapan.
Di relung sisi utara terdapat arca Durga Mahisasuramardini. Dalam cerita rakyat setempat arca ini dikenal sebagai arca Lara Jonggrang. Arca tersebut dilukiskan berdiri di atas punggung kerbau dengan ekornya ditarik oleh salah satu tangannya. Arca Durga ini mempunyai delapan tangan. Tangan sebelah kanan memegang cakra berapi, kadga (pedang pendek), anak panah (sara) dan terdepan menarik ekor kerbau yang diinjak. Tangan kirinya memegang Sangkha bersayap, perisai (khetaka), busur serta menarik rambut asura yang berdiri di samping kirinya. Lembu yang diinjak dewi Durga ini dalam posisi mendekam ke arah kiri dan kepala kerbau diinjak oleh asura yang memegang gada. Asura ini dilukiskan berambut keriting, mata melotot dan mulut setengah terbuka. Durga tampak memakai pakaian mewah kepalanya memakai hiasan Jatamakuta dengan hiasan bunga, pada jamangnya mempunyai bentuk dasar yang melebar dan tebal. Simbarnya memakai hiasan roset
Selain itu, di sisi bagian dalam terdapat relief-relief yang menceritakan tentang kisah Ramayana[2]. Dari semua relief itu, diceritakan Rama merupakan reinkarnasi dari Dewa Wisnu. Shinta adalah istri Rama dan Laksmana adalah adik Rama, mereka berdua pergi ke hutan. Banyak peristiwa yang terjadi selama mereka dalam perjalanan ke hutan. Shinta diculik oleh Rahwana, seorang raksasa yang jahat dan dilarikan ke Kerajaan Rahwana di Alengka. Rama mendapat bantuan dari Hanoman, raja dari Kerajaan Kera. Prajurit dari Kerajaan Kera dipimpin oleh Rama bergerak ke Alengka. Bagian cerita ini sampai pada saat prajurit kera membuat jembatan yang menghubungkan ke Kerajaan Alengka.
Sedangkan Candi Brahma terletak di sebelah candi Siwa, bentuk dan ukurannya lebih kecil. Luas dasarnya 20 meter persegi dan tingginya 37 meter. Ditinjau dari segi arsitektur seperti halnya candi Siwa candi ini juga terdiri dari tiga bagian yaitu kaki, badan dan atap candi. Kaki candi yang tingginya 3,30 m mempunyai hiasan yaitu sebuah relung yang berisi motif prambanan, berupa singa diapit oleh dua pohon kalpataru[3] penuh dengan bunga-bunga teratai biru, putih dan merah yang di bawahnya ada kinara dan kinari (makhluk setengah manusia setengah dewa). Badan candi Brahma berdiri di atas sebuah lapik yang sangat tinggi berukuran 2,80 m yang memiliki bagian-bagian perbingkaian bawah, dinding dan perbingkaian atas. Atap candi Brahma terdiri atas tiga tingkatan yang makin lama makin kecil ukurannya, dan diakhiri oleh suatu kemuncak dengan puncaknya sebuah amalaka tinggi dan besar.
Pada badan candi terdapat bilik candi yang di dalamnya terdapat arca Brahma. Arca dilukiskan berkepala empat yang masing-masing mukanya menghadap ke empat arah mata angin. Keempat kepala masing-masing memakai jatamakuta bersusun tiga. Bagian atasnya terdapat ikatan rambut yang berupa untaian mutiara. Demikian juga jamangnya pada setiap dahi arca terdapat hiasan roset yang amat indah. Hiasan telinganya dipahat dengan sangat indah berupa untaian yang menjulur sampai ke bahu kiri dan kanan. Tangannya berjumlah empat, kiri depan dalam posisi lurus kebawah sambil memegang kendi, tangan kiri belakang sebatas siku dilipat keatas sambil membawa camara. Demikian juga tangan kanan depan dilukiskan dalam posisi ke bawah dengan memegang suatu benda yang tidak begitu jelas, sedangkan tangan kanan belakang sebatas siku dilipat dan dilukiskan sedang memegang tasbih. Keempat tangan ini dilukiskan mengenakan gelang rangkap tiga yang berbentuk untaian mutiara. Kedua tangan depannya baik yang sebelah kiri maupun kanan memakai kelat bahu.
Dan relief yang terdapat pada candi Brahma merupakan lanjutan dari cerita Ramayana[4], tetapi ada beberapa bagian yang tidak cocok karena perbaikan candi yang rusak disebabkan gempa.
Candi Wisnu sendiri merupakan salah satu candi utama yang terletak di halaman pertama di samping candi Siwa dan candi Brahma, apabila candi Brahma terletak di sebelah kanan atau selatan candi Siwa, maka candi Wisnu terletak di sebelah kiri atau sebelah utara candi Siwa. Wisnu termasuk tokoh kedua sesudah Brahma, sedang Siwa merupakan tokoh ketiga. Di dalam mitologi India, Brahma adalah dewa perusak (prajapati). Wisnu adalah dewa pemelihara (shiti) dan Siwa adalah dewa perusak (praline). Dengan demikian, jelas bahwa candi Wisnu merupakan salah satu candi yang mempunyai arti penting disamping candi Siwa dan Brahma.
Secara vertikal bangunan candi Wisnu terdiri dari tiga bagian yaitu kaki candi, badan candi dan atap candi. Kaki candi Wisnu berdenah bujur sangkar terdiri dari dua tingkat, penampil depan di sebelah timur berfungsi sebagai pintu masuk ke bilik candi. Kaki candi tingkat I mempunyai ukuran lebih luas dari pada bagian dasar kaki candi tingkat II sehingga di bagian dasar kaki candi tingkat I berbentuk selasar yang berfungsi sebagai lorong atau jalan untuk mengelilingi badan candi. Badan candi terletak di atas kaki candi. Pada badan candi terdapat bilik candi dengan ukuran ruangan panjang 5,36 m, lebar 5,35 m dan tinggi 11,5 m. di dalam bilik candi terdapat arca Wisnu. Bagian paling atas candi yaitu atap candi. Atap candi Wisnu terdiri dari lima tingkat disusun makin ke atas makin kecil dan bagian atas setiap tingkat dihiasi dengan bentuk-bentuk amalaka kecil, sedang puncak atap berupa amalaka besar.
Arca utama pada candi Wishnu dalam posisi berdiri diatas umpak berbentuk yoni, yang dipahatkan menjadi satu dengan stela berbentuk lengkung. Jumlah tangannya ada empat, kedua tangan belakang ditekuk ke atas, kedua tangan depan terletak di kanan kiri pinggul dalam posisi sedikit ditekuk ke depan. Atribut pada tangan kanan belakang adalah cakra berbentuk lidah api, pada tangan kiri belakang adalah sangka bersayap. Pada tangan depan terdapat gada, pegangan gada terletak di sebelah atas. Pada telapak tangan kiri depan terdapat tanda khas yaitu Sriwatsa (segitiga).
Dewa ini digambarkan berkepala satu dalam posisi tegak. Perhiasan pada kepala berupa jatamakuta dengan jamang simbar lima serta sumping dan anting-anting menjulur ke bahu. Kalung terdiri dari dua untaian. Pada dada terdapat ikat dada dan upawia berupa untaian berpilin. Kainnya berupa kain panjang hingga pergelangan kaki, sampurnya dua, uncal terletak di bawah sampur. Pada kaki terdapat gelang kaki.
Dan relief yang terdapat dalam candi Wisnu menggambarkan reinkarnasi Dewa Wisnu dalam bentuk lain[5]. Cerita ini sangat populer di India tetapi kurang diketahui di Indonesia .
Candi Wahana merupakan kelompok candi yang terletak pada halaman pertama merupakan bagian terpenting setelah kelompok utama. Nama wahana mengandung pengertian kendaraan, yaitu nama binatang yang digunakan untuk kendaraan para dewa. Pemberian nama untuk kelompok candi didasarkan oleh adanya arca Nandini pada salah satu candinya yang dianggap sebagai kendaraan dewa Siwa yang terletak di depan candi Siwa. Selain candi Nandini yang terletak di depan candi Siwa, terdapat pula dua buah candi yang terletak di depan candi Brahma yaitu candi Angsa dan di depan candi Wisnu adalah candi Garuda.
Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).
Relief-relif lain yang terdapat pada candi prambanan yaitu relief burung yang nyata, relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa.
Selain candi-candi utama dan pendamping di atas, juga terdapat dua candi apit yang luas dasarnya enam meter persegi dengan tinggi 16 meter. Ruangannya kosong. Keduanya terletak di dekat gerbang masuk, mengapit dua candi, di sebelah barat dan timur candi. Setiap candi Apit mempunyai satu pintu masuk yang menghadap ke arah utara dan selatan. Bentuk dan struktur candi Apit hampir sama dengan candi yang lain di kompleks Loro Jonggrang, hanya saja bentuk candi Apit kelihatan lebih ramping dibanding candi yang lain karena bagian kaki yang lebih tinggi. Suatu hal yang menarik dari candi Apit adalah adanya gambar singa dalam posisi duduk dengan mulut terbuka lebar, salah satu singa di depan kaki sedang bangun. Dan candi yang terletak di depan setiap gerbang masuk di sebelah selatan, utara, barat dan timur merupakan candi Kelir yang berfungsi sebagai penolak balak. Candi ini tidak memiliki tangga masuk, luas dasarnya sekitar 1,55 meter persegi dengan tinggi 4,10 meter. Sedangkan candi yang terletak di setiap sudut serambi yang terbuka dari candi utama di sebut dengan candi Sudut, ukurannya sama dengan candi Kelir. Dan keempat candinyapun tidak memiliki pintu masuk. Untuk lebih riilnya kita bisa observasi langsung di candi Prambanan untuk melihat bentuk bangunan dan relief-reliefnya sekaligus menikmati keindahan candi peninggalan Hindu ini. Wallahua’lam





[1] Yaitu dengan pakaian yang indah dan lengkap serta dilengkapi dengan segala atributnya yaitu aksamala, camara, berada di tangan belakangnya, sedangkan di tangan depannya, tangan kanan mulai dari siku dilipat ke depan dada, dan dalam keadaan rusak, demikian juga tangan kiri dilipat ke depan perut, juga dalam keadaan rusak, tengkorak dan hiasan bulan sabit dikenakan di kepala dan seekor ular sebagai upawita.
[2] 1. Wicwamitra, seorang pendeta menyuruh ayah Rama untuk menghadapi raksasa jahat yang sering dating untuk mengganggu meditasinya. 2. Rama dan Laksmana membunuh beberapa raksasa. 3-4. Rama menikahi Shinta sebagai hadiah dalam kontes menggunakan panah Siwa. 5. Shinta dibawa Rama pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang mereka bertemu Paracurawa. 6-7. Karena ada masalah dengan ibunya, Rama tidak dapat mewarisi tahta. Barata menggabtikan posisi Rama, dan Rama pergi ke hutan. 8. Barata mengumumkan bahwa ia akan menjalankan tahta kerajaan atas nama Rama. Sebagai symbol ia meletakkan sandal Rama di tahta kerajaan. 9. Rama dan rombongannya memasuki hutan, mereka bertarung dengan para raksasa. 10-12. ketika sebagian rombongan pergi berburu, Shinta diculik oleh Rahwana yang menyamar sebagai brahmana. Kemudian brahmana berubah wujud menjadi Rahwana. Jatayu, raja Burung mencoba menyelamatkan Shinta tetapi gagal. 13-14. Rama bertemu Hanoman. 15. Laksmana mengambil air, yang merupakan airmata Sugriwa, seekor kera yang dibuang dari Kerajaan oleh kakaknya. 16. Rama menunjukkan keahliannya memanah kepada Sugriwa. 17. Dalam pertempuran antara Sugriwa dan kakaknya, Rama membunuh kakak Sugriwa dengan panahnya. 18. Rama menerima hadiah dari Kerajaan Kera. 19. Persetujuan untuk mengirim Hanoman ke Alengka untuk menangkap Rahwana. 20. Hanoman bertemu Shinta. 21. Hanoman tertangkap tetapi untungnya dia dapat melepaskan diri. Akhirnya Hanoman membakar Alengka, Kerajaan Rahwana. 22. Hanoman mengembalikan Shinta pada Rama. 23. Prajurit Kera berbaris di pantai ketika Rama mendapat hadiah dari dewa Laut.


[3] Dalam agama Hindu Kalpataru dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.
[4]  1-5. Menunjukkan barisan prajurit Kera, diikuti bagian pertempuran antara Rama dan Rahwana. 6-12. Pertempuran berakhir dengan matinya raksasa. Salah satu saudara Rahwana, Kumbokarno menyerang prajurit Kera. 8-9. Kumbokarno mati. Rahwana mati. Sesudah bagian ini, lanjutan cerita ditemukan di lain tempat. Singkat cerita, Shinta dikembalikan kepada Rama. Shinta menolak Rama, karena dia sudah berada di Kerajaan Rahwana. Ia ditangkap ketika hendak memasuki hutan, menyeberangi Sungai Gangga. Di ruang meditasi, Shinta menerima seorang bayi. Kemudian ia memetik bunga dengan bayinya. 25. Dua pembantu bertarung dengan raksasa. Cerita yang sebenarnya, diantara dua pembantu tersebut adalah anak Shinta yang pergi ke Kerajaan sebagai penyanyi untuk melihat ayahnya. 30. Dinamakan relief perayaan. Akhir cerita Shinta diundang ke Kerajaan Rama untuk membuktikan kesuciannya.
[5] 1-4. Anak di dalam rahim akan lahir sebagai reinkarnasi Dewa Wisnu. Kresna dapat menyelamatkan bayi yang akan lahir itu dengan mengganti dengan bayi yang lain. Kresna, nama dari bayi tersebut, lahir diantara gembala perempuan. 6. Ia menjadi sangat nakal. Raksasa perempuan mencoba memberi makan Kresna yang sebenarnya akan meracuninya. Tetapi Kresna meneguk susu sangat banyak yang menyebabkan raksasa perempuan itu mati. Raksasa lain dalam bentuk kerbau menyerang para gembala perempuan. 7. Seekor ular besar. 8. Seorang raksasa dalam bentuk seekor keledai. 9. Raksasa lain terbunuh. 10-14. Sementara Kangsa diberitahu bahwa ada dua bayi yang masih hidup. 26. Kresna membawa sebuah panah yang besar. (Relief ini tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara cerita pada masa kecil Kresna dan cerita lain tentang Kresna.)

2 komentar: