Selasa, 24 Mei 2011

PENGALAMAN BERAGAMA PADA ANAK


(Sebagai pembentuk moral yang mapan)

Dewasa ini, pengaruh positif dan negatif kemajuan teknologi dan informasi hampir tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari kemajuan ini menimbulkan plus dan minus, termasuk dalam hal dekadensi moral-kemerosotan moral, terlebih kepada anak sebagai penerus bangsa. Dalam hal ini yang seharusnya berperan aktif untuk mencetak penerus bangsa adalah orang tua, yaitu dengan mendidik moral dan pergaulan anak dan memberikan pengalam beragama untuk menjadikan anak memiliki kecakapan dalam hal agama. Keterlibatan mereka sangatlah diperlukan mengingat mereka sebagai significant other bagi anak..
Pengalaman beragama yang ditanamkan sejak kecil pada anak nantinya akan menentukan kualitas moral anak setelah mereka dewasa. Mengajak anak-anak untuk mengunjungi berbagai mesjid, memberi fakir miskin sesuatu dari tangan sendiri, mengunjungi panti asuhan dan panti jompo, mengajak anak untuk ikut shalat dhuha dan tahajjud,  akan dapat memperkaya pengalaman rohani anak dan akan berkesan sepanjang hayat anak.
Membentuk pengalaman beragama pada anak saat kecil berarti menanamkan akar beragama pada mereka. Kelak pengalaman beragama, yang telah mengakar ini, akan mampu memperbaiki karakter, kepribadian dan moral anak. Perlu untuk diperhatikan bahwa apabila latihan dan pengalaman beragama yang diterapkan  secara kaku, maka di waktu dewasa mereka akan cenderung menjadi kurang peduli pada agama. Pembentukan moral dan agama selain ditentukan oleh faktor didikan dan sentuhan orang tua juga ditentukan oleh faktor sekolah dan pengalaman bergaul mereka dalam sosial.
Memang bahwa pada mulanya sikap beragama anak dibentuk di rumah, namun kemudian disempurnakan di sekolah, terutama oleh guru-guru yang mereka sayangi atau yang mereka idolakan- maka guru yang diidolakan siswa hendaklah menjadi guru yang shaleh. Kemudian anak perlu juga untuk memiliki pengalaman bergaul dan melaksanakan aktifitas keagamaan, misal seperti di TPA (Taman Pendidikan Al-Quran), kegiatan menyantuni anak yatim dan fakir miskin, kegiatan didikan subuh. Dari pengalaman bersosial (bergaul) sejak kecil, maka berkembanglah rasa kesadaran moral dan sosial anak. Kesadaran tersebut bisa lebih optimal pada masa remaja.
Jadi, perlu ada miskonsepsi dalam mendidik anak, ayah dan dan ibu memiliki peran yang sama dalam pendidikan anak. Malah kaum bapak yang terlibat dalam mengurus anak dan rumah akan sangat dihormati oleh istri merka. Orang tua perlu menerapkan pola demokrasi di rumah dan memperlihatkan rasa akrab dalam keluarga agar anak merasa diterima. Pengalaman beragama sangat penting ditanamkan pada anak untuk membentuk moral anak ketika usia dewasa, tentunya itu semua dilakukan oleh orang tua yang sangat bertanggung jawab pada kehidupan anak. Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar