Jumat, 24 Februari 2012

MUHAMMAD DALAM PANDANGAN ORIENTALIS


I.    PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Munculnya agama baru dalam kehidupan manusia beragama dirasakan sangat tidak mengenakkan, hal itu dikarenakan adanya kemungkinan-kemungkinan agama agama sebelumnya yang bersifat mayoritas akan menjadi menoritas. Agama Islam yang muncul belakangan di tanah Arab setelah beberapa agama; di antaranya Hindu, Budha, Yahudi, Kristen, menjadikan mereka pada khsusnya tidak mengakui keberadaan agama tersebut, sehingga Islam awal sangat mengalami banyak hambatan dalam perkembangannya. Namun seiring berjalannya waktu, Islam di bawah pimpinan Pendahulunya (baca: Muhammad) berhasil menjadi agama yang mayoritas karena berkembang di berbagai daratan hingga separuh dunia. Dan selang beberapa abad kemudian Islam mengalami keterpurukan, hal itu bersamaan dengan bangkitnya Kristen yang kemudian menjadi Mayoritas.
Islam dewasa ini mempunyai semangat tinggi untuk bangkit kembali seperti dalam sejarahnya, hal itu membuat agama lain terutama Kristen bersikukuh untuk mengalahkan Islam dalam bentuk apapun. Salah satu gerakan yang mereka buat adalah dengan mempelajari Islam dari berbagai aspek, sejarah, ajaran, kitab dalam rangka untuk memutar balikkan fakta dengan tujuan meruntuhkan ideologi Islam yang telah mmelekat dalam diri kaum muslimin, yang kemudian di sebut Orientalisme. Munculnya orientalisme sebagai akibat dari perang Salib atau ketika dimulainya pergesekan politik dan agama antara Islam dan Kristen barat di Palestina. Argumentasi mereka menyatakan bahwa permusuhan politik berkecamuk antara umat Kristen dan umat Islam selama pemerintahan Nuruddin Zanki dan Shalahuddin al-Ayyubi. Permusuhan itu berlanjut pada masa saudaranya, al-Adil, sebagai akibat dari kekalahan beruntun yang ditimpkan Pasukan Islam kepada pasukan Salib, semua itu memaksa barat untuk membalas kekalahan-kekalahannya.[1]
Idiologi Islam juga dirasakan sebagai penghalang untuk proyek pengkristenisasian yang hendak mereka wujudkan di seluruh dunia, hal ini sebagai salah satu faktor adanya gerakan orientalisme. Namun perlu juga diketahui tidak semua orientalis mempunyai pendapat yang subjektif tentang islam, ada juga para orientalis yang memang benar-benar tujuannya untuk mempelajari Islam apa adanya, seperti halnya Edward W. Said.
B.  Identifikasi Masalah
Pembahasan Islam di mata orientalis akan terus berlanjut seiring tumbuhnya orientalis-orientalis muda yang juga di barengi dengan permasalahan-permasalahan baru yang dibawanya. Diantara beberapa orientalis yang mengkaji Islam: Yohana dari Damaskus menulis buku yang berjudul Dialexis, dengan keinginan menjadikannya semacam sarana perdebatan antara orang Kristen dengan orang Islam. Buku Dialexis berisi melancarkan serangan sengit terhadap Rassulullah saw. dan menuduhnya mengada-adakan wahyu untuk memuaskan keinginan dunianya. Thomas Aquinas dari Dominikan pada tahun 1271 dengan bukunya berjudul Contra Averroistas yaitu menentang pengikut- pengikut Ibnu Rusyd. Christian Snouck Hurgronje hanyalah untuk tujuan praktis, yaitu penjajahan dan kekuasaan. Samuel Zwemer dalam majalah The Mosle World menghujam dan menjelekan Islam. Dalam bukunya seratus persen menyerang Islam dan muslimin di antaranya The Influence of Animisme on Islam: An Account of Popular Superstition. (menyingkap tabir orietalisme; H.A. Mannan Buchari). [2] Dr. Philip K. Hitti, dia mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang penipu yang lihai. Dia juga berpendapat bahwa Islam tidak lebih dari pada warisan orang Yahudi-Kristen yang “diarabisasikan” dan “dinasionalisasi”.[3]
Tuduhan Orientalis terhadap al-Quran juga tidak kalah ekstrimnya, menurut Arthur Jeffery, Mengomentari kanonisasi yang terjadi pada zaman `Uthman, pada umumnya para orientalis menyalahkan tindakan `Uthman yang menutup perbedaan. sebenarnya terdapat beragam mushaf yang beredar di berbagai wilayah kekuasaan Islam. Mushaf-mushaf tersebut berbeda dengan Mushaf Usman. Jadi, ketika Mushaf Usman dijadikan satu teks standart yang resmi dan digunakan di seluruh wilayah kekuasaan Islam, maka kanonisasi tersebut tidak terlepas dari alasan-alasan politis (political reasons).[4] Selai itu, Orientalis yang menentang Hadits adalah Ignaz Goldziher, menurutnya teks-teks Masehi, kata-kata dari sahabat-sahabat nabi Isa dan kitab-kitab apokripa (kitab-kitab Masehi yang diragukan kebenarannya), pandangan-pandangan Yahudi, ajaran filosof-filosof Yunani, dan seterusnya, yang disambut dengan baik di kalangan kaum muslimin, dengan mudahnya muncul dalam hadits sebagai kata-kata Muhammad.[5]
C. Batasan Masalah
Setelah peneliti, mengidentifikasi masalah yang ada mengenai orientalis sebagai mana yang telah banyak peneliti jelaskan di atas, perlu kiranya ada pembatasan masalah sebagai batasan penelitan yang akan dilakukan. Pandangan orientalis terhadap Muhammad adalah batasan yang peneliti ambil dari berbagai masalah yang ada.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana Pandangan Orientalis terhadap Muhammad?
E.  Tujuan Penelitian
Dengan mengetahui bagaimana pandangan para orientalis terhadap Muhammad, kami sebagai peneliti bisa mendiskripsikan dan mengetahui seberapa jauh pandangan mereka terhadap Muhammad dan bagaimana respon mereka terhadapnya.
F.  Kegunaan Hasil Penelitian
Setelah mengetauhi tujuan peneitian ini, kita bisa memberikan respon sebagai mana mestinya terhadap orientalis atas pandangannya kepada Muhammad.

II.   LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESA
A.  Kerangka Teori
Banyak sekali pandangan orientalis tentang Muhammad sebagai tokoh utama dalam agama Islam, dalam hal ini pandangan yang banyak ditemukan bersifat distruktif. Hal itu di dorong oleh kebencian mereka akan agama Islam yang mencegah proyek yang salah satunya pengkris-tenisasian di seluruh dunia. Dr. Hasan Abdul Rauf M. el-Badawiy dan Dr. Abdurrahman Ghirah dalam bukunya ‘Orientalisme dan Misionarisme’ di sana di jelaskan dalam rangka menjelekkan pamor Rasulullah mereka menyerang dalam berbagai aspek termasuk dalam hal poligami. Hal itu merupakan kebiasaan kalangan orientalis Yahudi dan Nasrani menyebarkan propaganda tak berdasar dengan tuduhan bahwa poligami yang diakukan Rasulullah bukti atas hasrat birahinya yang besar dan lebih karena mengikuti hawa nafsunya. Pernyataan yang membalikkan faktadari kebenaran menuju kebatilan.[6]
Sedangkan Maryam Jamilah dalam bukunya Islam dan Orientalisme, dia mengemukakan salah satu tokoh yang juga merespon Muhammad, yaitu Dr. Philip K. Hitti seorang Guru Besar Sastra Semit di Universitas Princeton selama beberapa dasawarsa diakui oleh internasional sebagai ahli Islam yang paling berbobot di Barat, dia juga bertanggung jawab atas pengembangan orientalisme di Amerika. Dia mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang penipu yang lihai dan membawa agama warisan yahudi-Kristen yang di “arabisasikan” dan “dinasionalisasikan”.
B.  Hipotesis
Pandangan orientalis tentang Muhammad adalah orang yang tidak bisa dipercaya, orang yang sangat lihai menipu, dan merupakan pembawa agama sesat.
 
III.    PROSEDUR PENELITIAN
A.  Metode
Metode penelitian dengan menggunakan pemaparan deskriptif kemudian menginterpretasikan dat menganalisa pendapat beberapa orientalis berdasarkan data yang ditentukan. Data diperoleh dari library reasrch atau artikel-artikel yang sehubungan dengan pendapat para orientalis tentang Muhammad.
B.  Populasi dan Sampel
1.    Populasi
ü  Buku
a.    Dr. Hasan Abdul Rauf M. el-Badawiy dan Dr. Abdurrahman Ghirah, 2007, Orientalisme dan Misionarisme, Bandung: PT Remaja Rosdakaya
b.    Dr. Mustofa Hassan as-Syiba’i, 1997, Membongkar Kepalsuan Orientalisme, Yogyakarta: Mitra Pustaka
c.    ___________, 1983, Islam dan Para Orietalis, dialih bahasakan oleh: H. Bey Arifin, Surabaya: PT Bina Ilmu
d.    Maryam Jamilah, 1997, Islam dan Orientalisme, sebuah kajian analitik, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
ü  Internet
e.    Pandangan Orientalis Tentang Muhammad, dalam internet, website:  http://andromedazone.blogspot.com/2009/01/pandangan-orientalis-tentang-muhammad_26.html
a.    Orientalisme dan Biografi Nabi Muhammad SAW, dalam internet, website: http://id.shvoong.com/humanities/history/2209740-orientalisme-dan-biografi-nabi-muhammad/

b.    Apa Kata Para Orientalis Tentang Nabi Kita?, dalam internet, website: http://singingemotions.wordpress.com/2011/07/08/apa-kata-para-orientalis-tentang-nabi-kita-2/

c.    Orientalisme, dalam internet, website: http://blog.re.or.id/orientalisme.htm
2.    Sampel
POPULASI
NAMA
SIFAT
Judul buku
Orientalisme dan Misionarisme
Carl Leil
Jujur
Tol Stoy
Jujur
Dr. Greeneh
Jujur
Membongkar Kepalsuan Orientalisme
G. Von Grunbaum
Tidak jujur
Islam dan Para Orietalis
Sir William Muir
Tidak jujur
Islam dan Orientalisme, sebuah kajian analitik
Dr. Philip K. Hitti
Tidak jujur
Dalam internet
Pandangan Orientalis Tentang Muhammad
Peter
Tidak jujur
Yahya ad-Dimasyqi atau John of Damascus
Tidak jujur
Pastor Bede
Tidak jujur
Voltaire
Tidak jujur
Klimovich
Tidak jujur
Bagi Voltaire
Tidak jujur
Thomas Carlyle
Jujur
Loria Valeri
Jujur
Orientalisme dan Biografi Nabi Muhammad SAW
Tomas Alluinas
Tidak jujur
George Sabe
Tidak jujur
Apa Kata Para Orientalis Tentang Nabi Kita?
Washington Irfing
Jujur
Jan Lek
Jujur
Loravicia Vaghleri
Jujur
Gustave Le Bon
Jujur
Orientalisme
Hardrian Roland
Jujur
Richard Bell
Tidak jujur
Saledon Amous
Tidak jujur
C. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data peneliti melakukan library research yaitu mencari data dari berbagai buku yang menjelaskan tentang Muhammad prespektif orientalis.
D. Teknik Analisis Data
Setelah peneliti mendapatkan data yang dimaksud langkah selanjutnya adalah menganalisis data lalu mendeskripsikannya dan memberikan komentar terhadap permasalahan yang ada. Untuk menganalisa data tersebut peneliti menggunakan pendekatan Historis.

IV.   ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN
A.  Organisasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh kelompok UIN Bersatu dengan ketua Ahmad Kholil, sekertaris Ening nurjanah, dan anggotanya Kuwat, Dewi, Ulum
B.  Jadwal Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu 1 bulan 1 hari di awali dengan melihat melihat data pendapat tentang Muhammad di internet dan di perpustakaan pada tanggal 27 desember 2011, peneliti mendiskusikan beberapa pendapat pada bulan januari 2012 dan mengolah data pada akhir januari.

V.  BIAYA YANG DIPERLUKAN


[1] Qasim Assamurai, Bukti-Bukti Kebohongan Orientalis, (Jakarat: Gema Insani Press, 1996), hal: 28
[2] Ibid, hl: 71, 109, 141
[3] Maryam Jamilah, Islam dan Orientalisme, sebuah kajian analitik, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), hl:13, 17
[4] BANTAHAN TERHADAP FITNAH PARA ORIENTALIS : Tuduhan Para Orientalis terhadap Al-Qur’an pada Zaman Uthman ibn Affan, dalam internet, website: http://cesc-cone.blogspot.com/2011/01/bantahan-terhadap-fitnah-para_3073.html, diakses pada tanggal 05 Januari 2011
[5] A. Hanif, Orientalisme, ditinjau menurut Kacamata Agama (Qur’an dan Hadits), (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1981), hl: 122
[6] Hasan Abdullah Rauf M. el-Badawiy, Abdurrahman Ghirah, Orientalisme dan Misionarisme, Menelikung Pola Pikir Umat Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal: 87

KRISTIANI


Kristen dalam pandangan saya sendiri merupakan agama yang unik, bagaimana tidak di dalamnya banyak ajaran-ajaran yang harus diterima oleh umatnya sekalipun irasional, seperti halnya, ke maksuman Paus, artinya paus tidak pernah melakukan kesalahan sekecil apapun, dogma tersebut merupakan hasil dari perumusan Paus Leo, Paus Agatho dan Paus Gregorius VII, yang kemudian pada 1870 M di tetapkan oleh konsili Vatikan sebagai ajaran resmi Kristen.[1] Hal ini juga merupakan salah satu alasan Martin Luther mengajukanh protes keras kepada gereja Roma Katolik karena dianggap melanggar kitab suci. Tapi sejauh pemahaman saya tentang maksum (terbebas dari dosa dan kesalahan) adalah perilakunya terjaga dari perbuatan jelek dan tidak ceroboh sehingga membuat suatu kesalahan yang besar, bukan dalam artian bebas dari dosa sekalipun melakukan perbuatan atau kesalahan yang membuahkan dosa besar. Surat Indolgensia yang dikeluarkan Paus untuk umat kristen seolah-olah memandang dosa sebagai barang dagangan, dia memberikan pemahaman kepada umat kristen bahwa dengan membeli surat indolgensia maka dosa-dosa yang telah dilakukannya terhapuskan.
Berbicara tentang dosa, mengingatkan saya kepada dosa waris yang terdapat dalam kepercayaan agama Kristen. Dosa-dosa manusia menurut pandangan agama Kristen bersumber dari dosa pertama yang diperbuat Adam dan Hawa, sewaktu keduanya tinggal di Surga.  Yakni melanggar larangan Tuhan, dengan memakan buah khuldi sebagai pohon larangan di surga. Sihingga keduanya diturunkan oleh Tuhan sebagai hamba yang ternoda. Karena kesalahan itu oleh Tuhan dianggap sebagai dosa yang amat besar, dan bersifat turun-temurun (warisan), dalam artian seluruh manusia yang dilahirkan kedunia ini mendapatkan dosa waris, bahkan bayi yang baru lahirpun di klaim membawa dosa. Maka tidak ada yang bisa menebus dosa itu kecuali yang dijadikan korban penebusannya adalah Tuhan sendiri. Tetapi korban tersebut juga harus manusia, karena yang berbuat dosa itu adalah manusia. Oleh karena itu, Yesus sebagai yang dikorbankan (disalib) dalam urusna ini, dia adalah tuhan sepenuhnya, tetapi sekaligus juga manusia sepenuhnya. Perasaan kasih sayangnya telah menyebabkan Tuhan Yesus rela mati di atas tiang salib sebagai penebus dosa manusia.
Kepercayaan demikian mengandung pengertian bahwa siapa saja yang telah menjadi kristen secara sah, maka dosa-dosanya telah diampuni, karena ditanggung oleh Tuhan Yesus dengan salibnya itu. Di dalam  Surat kirimannya kepada orang Rum 3:24 dan 28, Paulus berkata: “Serta dibenarkan cara karunia saja, dengan anugerah Allah, oleh sebab penebusan yang ada di dalam Yesus Kristus“ dan “sebab itu kami sifatkan bahwa orang dibenarkan oleh iman, bukan dengan melakukan syariat Taurat”.[2]
Sekilas dari penjelasan di atas mengnai dosa waris merupakan simbol pengorbanan terbesar lagi suci bagi umat manusia karena dilakukan oleh Tuhan untuk menebus dosa Umat manusia yang ditimpakan oleh Adam dan Hawa. Memang sulit dipercaya tapi patut dihargai karen pemahaman tersebut merupakan kepercayaan ajaran suatu agama tertentu. Namun permasalahannya di sini adalah kepercayaan tersebut tidak sejalan (pertentangan) dengan apa yang dikatakan atau di ajarkan dalam kitab mereka, dalam kitab mereka (al Kitab) tidak sedikit yang memberikan keterangan bahwa dosa itu tidak dapat diwariskan. Yaitu :
Yehezkiel 18:20 “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.”
Matius 16:20 “Sebab anak manusia akan datang dalam kemuliaan bapa-nya diiringi malaikat-malaikat-nya; pada waktu itu ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.”
2 Ulangan 24:16 “Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya,  janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.”
Tawarikh 25:4 Tetapi anak-anak mereka tidak dihukum mati olehnya, melainkan ia bertindak sesuai dengan apa yang tertulis dalam taurat, yakni kitab Musa, di mana tuhan telah memberi perintah: "Janganlah ayah mati karena anaknya, janganlah juga anak mati karena ayahnya, melainkan setiap orang harus mati karena dosanya sendiri."
Yeremia 31:29  Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu,
30  melainkan: Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu.
2 Korintus 5:10 “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
Roma 2:5-6 “Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.”
Dari beberapa ayat di atas yang saya ambil dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, saya dapat memastikan bahwa dosa waris yang merupakan kepercayaan Kristiani di tentang oleh kitabnya sendiri, ayat di atas menjelaskan bahwa setiap perbuatan di tanggung oleh orang yang melakukannya bukan orang lain termasuk saudaranya. Sangat tidak masuk di akala ketika ada klaim bahwa perbuatan si A yang membuahkan dosa di tanggung oleh si B, padahal si B tidak tahu menahu apa yang telah dia lakukan dan kenapa dia harus menanggung dosa yang tidak diperbuatnya.
Sedangkan di Matius : 19/14 diterangkan bahwa Yesus berkata “Biarkanlah kanak-kanak itu, jangan dilarangnya mereka itu datang kepadaku, karena orang yang sama seperti inilah yang empunya kerajaan sorga” Ayat ini menyatakan bahwa Yesus sendiri menjelaskan bahwa orang-orang yang sama seperti kanak-kanak itu mempunyai kerajaan sorga. Keterangan ini membuktikan bahwa anak-anak itu tidak mempunyai dosa sama sekali, termasuk  bayi yang barus lahir, karena jika meraka berdosa sudah tentu tidak mempunyai kerajaan sorga. Sebab sorga bukan tempat orang berdosa, melainkan tempat orang yang sudah bersih dari segala dosa.
Hal yang perlu digaris bawahi, orang Kristen mengatakan bahwa setiap orang yang dilahirkan di dunia ini membawa dosa, dan tidak satupun yang bersih dari dosa seperti yang terdapat dalam Roma 3: 10-12, 23, “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Tuhan. Semua orang telah melanggar, mereka semua tidak berguna. Tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Tuhan”, bila kita lihat dari ayat ini berarti semua orang yang dilahirkan ke dunia ini tanpa terkecuali berdosa, termasuk di dalamnya Yesus itu sendiri. Yesus juga manusia seperti pengakuannya sendiri, dia dilahirkan dari seorang perempuan yang juga manusia, dia juga merupakan keturunan Adam karena orang pertama adalah Adam secara otomatis semua yang mengaku dirinya adalah manusia itu keturunan Adam. Jika demikian bagaimana mungkin orang yang juga mendapatkan dosa waris (baca: Yesus) bisa menebus dosa waris orang lain, apa lagi untuk seluruh umat manusia, sederhananya bagaiamana mungkin hutang di tebus dengan hutang.
Selain itu, ketika bayi-bayi yang baru lahir itu berdosa dan untuk menghilangkan dosa tersebut bayi itu harus di baptis untuk mendapat keselamatan dari penebusan dosa Yesus di tiang salib. Jika bayi-bayi atau anak-anak tidak dibabtiskan, maka mereka tidak akan mendapat keselamatan dari penebusan dosa itu. Pada tahun 1200 M, Santo Augustine telah mengatakan “Bayi yang dilahirkan apabila mati dan tidak dibabtiskan maka bayi itu akan dimasuk ke dalam neraka”. Ini telah dijadikan sebagai Kanun Gereja (Church Canon) pada tahun 1300 M. Menurut pihak Gereja, Santo Augustine telah didatangi oleh Ruh Kudus yang mewahyukan hukum tentang bayi ini. Jika penyaliban Yesus itu sebagai Penebus Dosa manusia, tetapi tidak dapat menyelamatkan bayi-bayi yang tidak dibabtis kerana bayi-bayi itu sudah dipastikan masuk neraka. Maka dengan ini sangat jelas. Konsep Penebusan Dosa itu terbatas karena tidak mampu menyelamatkan bayi-bayi yang telah mati. Lantas kemudian bagaimana dengan umat sebelum Yesus, atau bayi-bayi yang mati sebelum di baptis? Apakah mereka akan masuk neraka, dalam kepercayaan Kristiani demikian adanya seperti yang dikatakan Augustine. Dengan demikian konsep penebusan Dosa yang dilakukan Yesus di tiang salib untuk seluruh umat manusia bisa dikatakan gagal.
Kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, jika memang benar Yesus dilahirkan di dunia sebagai alat untuk menebuskan Dosa manusia yang ditimpakan oleh Adam, bagaimana mereka tahu bahwa dengan menyalib dan membunuh Yesus dengan sebelumnya menyiksa sedemikian rupa merupakan cara penebusan dosa yang Tuhan maksudkan? Jika kita melihat kembali film ‘Penyaliban Yesus’ seakan-akan mereka tidak melakukan hal sakral sebagai bentuk Penebusan Dosa, dalam film tersebut lebih terlihat kebencian mereka terhadap Yesus.
Dari penjelasan di atas, saya memahami bahwa dalam agama Kristen ajaran tentang Dosa Waris tidak sejalan dengan apa yang ada dalam al Kitab sebagai kitab mereka karena banyak pertentangan. Selain itu juga, secara rasionalitas dosa tidak dapat di tangguhkan kepada orang lain yang tidak tahu-menahu tentang dosa tersebut, jadi saya kira setiap orang melakukan perbuatan yang membuahkan dosa maka dosa tersebt akan ditanggung oleh dirinya sendiri, hal ini serupa dengan kasus kausalitas.


[1] Sufa’at Mansur, Agama-agama Besar Masa Kini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal: 200
[2] Sufa’at Mansur, Agama-agama Besar Masa Kini, hal: 184